Jum'at, 19/04/2024 12:16 WIB

Rumah Rusak Berat Akibat Gempa Halmahera Selatan Capai 971

Kerusakan terbanyak di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Barat dengan jumlah 380 unit.

Ilustrasi Gempa Bumi

Jakarta, Jurnas.com - Lebih dari 900 rumah mengalami rusak berat akibat gempa pada Minggu lalu (14/7) di Halmahera Selatan, Maluku Utara. BPBD setempat melaporkan 971 rumah rusak berat (RB). Hal itu disampaikan Agus Wibowo, Plh. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan tertulisnya.

Kerusakan terbanyak di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Barat dengan jumlah 380 unit. Kerusakan dengan kategori RB pada rumah juga teridentifikasi di Desa Rangga Rangga 300 unit, Lemo Lemo 131, Tomara 90, Kua 30, Luaro 22, Caitu 10, Sawat 6 dan Tanjung Jere 2. Kerusakan berat (RB) pada infrastruktur bangunan mencakup gedung sekolah 6 unit, masjid 2, gereja 1, polindes 1, paud 1, dan rumah guru 1.

Sementara itu, menurut Agus, korban meninggal bertambah dari sebelumnya 2 menjadi 4 orang; masing-masing 1 orang dari Desa Rangga Rangga, 1 dari Desa Gane Dalam dan 2 orang dari Desa Gane Luar. Selain itu, 2 orang mengalami luka berat dan 49 luka ringan. Para korban meninggal diakibatkan reruntuhan bangunan.

Pascagempa pengungsian terjadi di beberapa titik di Kota Labuha, Halmahera Selatan, seperti kantor BPBD Halmahera Selatan, Dinas Pariwisata, Polres, Masjid Raya, aula kantor Bupati, halaman Lembaga Pemasyarakatan, SMEA Amasing, dan Gunung Bobebo, yang berjumlah 1.104 orang. Ini belum termasuk dari Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur. Estimasi total warga yang mengungsi berjumlah 2.000 orang.

Hingga kini (16/7) upaya penanganan darurat terus dilakukan. Tim terpadu Kabupaten Halmahera Selatan yang melibatkan TNI, Polri, BPBD, SAR, Dinkes, Dinsos, PUPR, Satpol PP, BMKG dan PMI berada di wilayah Gane dan Bacan bagian Timur atau di daerah-daerah yang terkena dampak gempa.

"Tim melakukan pendataan kerusakan bangunan dan korban serta pendistribusian bantuan logistik berupa terpal, tikar, makanan, minuman dan obat-obatan. Kebutuhan mendesak berupa beras, air mineral, makanan siap saji, tikar, matras, selimut, terpal, dan popok bayi," ujar Agus.

Sejauh ini Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat. Dapur umum yang dioperasikan pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri untuk melayani 9 pos pengungsian di Kota Labuha. Pemerintah setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 - 21 Juli 2019.

Di samping itu, Pemda Halmahera Selatan telah menurunkan tim yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, RAPI, PMI, ACT dan wartawan untuk mendistribusikan logistik ke lokasi pengungsian di Kecamatan Bacan Timur, Bacan Timur Tengah, Gane Dalam, Gane Timur dan Gane Barat.

BPBD Provinsi Maluku Utara dan TRC BNPB telah berada di lokasi terdampak di Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur untuk melakukan kaji cepat guna mendata tingkat kerusakan, jumlah pengungsi dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pengungsi untuk ditindaklanjuti. Situasi sekitar dua kecamatan tadi relatif kondusif.

"Jaringan listrik dan komunikasi normal.Tim di lapangan merasakan guncangan yang terasa kuat sesaat gempa susulan dengan magnitudo 5,3 terjadi pada sore kemarin (15/7) pukul 17.35 WIB dan berkedalaman 10 km," tambah Agus.

Gempa dengan magnitudo 7,2 ini terjadi pada Minggu (14/7), pukul 16.10 WIB. Guncangan yang dirasakan warga di beberapa wilayah ini berlokasi pada 0.59 LS,128.06 BT (62 km Timur Laut Labuha - Maluku Utara) dengan kedalaman 10 Km. Goncangan kuat sebesar V MMI di daerah Obi, III MMI di Labuha, II - III MMI di Manado dan Ambon, dan II MMI di wilayah Ternate, Namlea, Gorontalo, Raja Ampat, Sorong, dan Bolaang Mongondow.

KEYWORD :

Halmahera Selatan Gempa Bumi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :