Kamis, 25/04/2024 01:52 WIB

KKP: Vokasi Harus Dekati Industri, Tapi Jangan Mengganggu

Pendidikan vokasi perlu memosisikan diri sebagai penyelesai permasalahan, dan sebaliknya jangan sampai mengganggu industri yang sedang berjalan

Ilustrasi industri pengolahan (Foto: Inews)

Jakarta, Jurnas.com – Hilirisasi inovasi masih menjadi persoalan yang berlarut-larut di Indonesia. Seabrek riset dan inovasi yang tersedia di perguruan tinggi, kerap kali sulit dikomersialisasikan dengan sejumlah alasan, mulai dari peneliti pelit paten, hingga tak dilirik industri karena tidak sesuai kebutuhan.

Kondisi ini pun tak luput dari perhatian perguruan tinggi vokasi yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Direktur Sekolah Tinggi Perikanan (STP) KKP Mochammad Heri Edy menilai, vokasi memang sudah seharusnya berkolaborasi dengan industri.

Namun dia menggarisbawahi dalam kolaborasi tersebut, pendidikan vokasi perlu memosisikan diri sebagai penyelesai permasalahan, dan sebaliknya jangan sampai mengganggu industri yang sedang berjalan.

“Kita kolaborasi, permasalahannya apa yang dihadapi dalam menjalankan industrinya. STP saya suruh mengidentifikasi permasalahan, lalu permasalahannya diselesaikan dengan apa,” terang Heri kepada Jurnas.com pada Kamis (4/7) di Jakarta.

Pengalaman berkolaborasi dengan industri sudah diperoleh STP, salah satunya dengan PT Nasuba Sumatera Utara yang bergerak di industri ikan patin.

Menurut penuturan Heri, PT Nasuba pernah mengalami kematian ikan patin hingga 44 persen. Masalah ini pun akhirnya dianalisis oleh STP, untuk diidentifikasi permasalahannya.

“Ternyata masalahnya patin ini kekurangan oksigen. Akhirnya dicob, diganti air, lalu ada peningkatan jadi 80 persen kehidupannya. Dicoba lagi ditambah air, menjadi 90 persen, di mana keuntungannya bisa Rp1,5 miliar. Inilah intensif (magang) yang tidak mengganggu industri,” tutur Heri.

Kolaborasi serupa juga dipraktikkan di industri udang vaname di Situbondo. STP, lanjut Heri, berhasil memecahkan permasalahan listrik di industri tersebut.

“Jadi selama ini mereka yang magang itu cuma mengikuti SOP. Kalau mau magang pembekuan harus ikut proses dari awal. Harusnya bukan seperti itu, tapi mencari cara bagaimana (misalnya) menghemat air, atau meningkatkan produktivitas dengan inovasi,” kata Heri.

Heri mengakui, untuk membangun ekosistem inovasi perikanan mulai dari hulu hingga hilir bukan proses yang singkat. Namun dia mengatakan, hal yang paling realistis dilakukan saat ini ialah pemanfaatan inovasi untuk mendukung usaha perikanan skala kecil di masyarakat.

“Mahasiswa kami bisa membuat semacam mesin membuat bubur es, untuk mengawetkan ikan yang paling efektif di kalangan nelayan. Ada juga inovasi untuk mengukur kualitas air menggunakan smartphone,” tandas dia.

KEYWORD :

Pendidikan Vokasi KKP Inovasi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :