Sabtu, 20/04/2024 06:20 WIB

Praktisi Industri Pengajar Vokasi Akan Digenjot

Bunyamin menyebut upaya tersebut sudah lama dilakukan, namun saat ini ingin ditingkatkan lagi jumlahnya.

Penganugerahan DASS 2019

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) berencana meningkatkan jumlah pengajar vokasi dari kalangan praktisi industri (ekspertis).

Menurut Direktur Karir dan Kompetensi Sumber Daya Kemristekdikti Prof. Bunyamin Maftuh, ekspertis bisa memberikan pemahaman lewat pengalamannya, alih-alih hanya berkutat pada teori.

"Kami menyediakan skema dosen paruh waktu (part-time) bagi praktisi, dan diakui oleh NIDK (Nomor Induk Dosen Khusus). Sehingga, suatu ketika mereka ingi jadi dosen, sudah gampang," kata Bunyamin dalam kegiatan penganugerahan program beasiswa S2 Dexa Award Science Scholarship 2019 di Tangerang, Banten pada Kamis (27/6).

Mengundang ekspertis ke perguruan tinggi bukan program baru. Bunyamin menyebut upaya tersebut sudah lama dilakukan, namun saat ini ingin ditingkatkan lagi jumlahnya.

Bunyamin juga menggarisbawahi bahwa tidak semua ekspertis bisa mengajar di perguruan tinggi vokasi. Setidaknya, calon dosen tamu ini harus memiliki ijazah S2, atau pengalaman yang setara dengan kredit S2.

"Saat ini kelemahan dosen vokasi, mereka lebih paham teori dari pada praktik langsung. Karena itu kita kerja sama dengan industri," jelas dia.

Dalam kesempatan tersebut, Bunyamin juga menyoroti soal riset Indonesia yang masih terkendala di proses hilirisasi. Untuk keluar dari permasalahan ini, lanjut Bunyamin, perguruan tinggi dan industri harus menjadi mitra strategis.

"Di negara maju itu, riset maju dari industri, karena mereka langsung dari lapangan, dan tahu kebutuhan lapangan. Perguruan tinggi menghasilkan riset iya, tapi hilirisasi masih ada keterbatasan, dan harus menggandeng industri," kata Bunyamin.

Upaya pemerintah diamini oleh Dexa Group. CEO Dexa Group, Ferry Soetikno mengatakan, pemberian beasiswa S2 bagi tiga mahasiswa terpilih ini merupakan langkah mendorong inovasi riset.

"DASS ini menjadi salah satu alat untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia di bidang inovasi riset yang sejalan dengan core competencies yang Dexa Group miliki yakni resources management, innovation, strategic alliances, and change management," ujar Ferry.

Ferry menekankan, inovasi dan riset penting dalam mengembangkan dan menciptakan produk farmasi yang berkualitas. Sebagai buktinya, perusahaan yang berdiri sejak 50 tahun lalu ini dapat bersaing di pasar domestik dan global melalui produk-produk unggulan hasil riset dan inovasi anak bangsa.

Hingga saat ini, lanjut Ferry, produk Dexa Group telah diekspor ke empat benua yakni di Afrika, Amerika, Asia, dan Eropa.

KEYWORD :

Pendidikan Vokasi Praktisi Industri Kemristekdikti




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :