Jum'at, 19/04/2024 22:35 WIB

Hari Batik, Desainer Ini Padukan Batik Jogja dan Topeng Cirebon

Seiring perjalanannya batik kini telah menjelma jadi salah satu ikon fashion yang bisa dimodifikasi dengan banyak gaya.

Batik Parang modifikasi karya Lia Mustafa (Foto: Instagram Lia Mustafa)

Yogyakarta - Semakin lama batik tak hanya identik dengan gaya lawas tetapi kini telah menjelma menjadi fashion item yang dimiliki banyak orang. Batik tak hanya dikenakan oleh orang tua, anak milenial dan sosialita juga ikut tren batik kekinian.

Kreativitas para desainer berhasil membawa batik dapat dimiliki banyak orang. Mulai dari batik tulis yang tak lekang oleh zaman hingga perbaruan motif atau corak dua budaya berbeda.

Dalam memeringati Hari Batik yang jatuh pada 2 Oktober kali ini, Jurnas.com mengajak Anda untuk lebih mengenal batik melalui tangan desainer batik asal Yogyakarta Lia Mustafa.

Paduan dua budaya Nusantara banyak menginspirasi para desainer fashion di Indonesia, tak terkecuali Lia. Desainer Indonesia Fashion Chamber ini memiliki inspirasi dari dua suku berbeda.

Dalam gelaran Jogja International Batik Binalle yang akan berlangsung 6 Oktober mendatang Lia memadukan dua kebudayaan yakni syiar Jogja dan tari topeng Cirebon dalam tajuk Hidden of Mask.

Menurut Lia seperti yang dikutip dari Ki Demang, abdi dalem Keraton Jogja, awalnya dari Mataram zaman Sultan Agung Hanyokrokusumo Permaswari beliau Putri Panembahan Ratu 2 Sultan Cirebon atau Maulana Karim atau Sultan Giri Laya karena beliau dimakamkan di Giri Laya Imogiri.

Merujuk Ki Demang, kekerabatan Kasultanan Cirebon dan Mataram sangat kental. Batik, awalnya dibuat dan digunakan hanya untuk kalangan ndalem keraton.

Keyakinan akan adanya kekuatan spiritual maupun makna filsafat yang terkandung dalam motif kain batik menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi adanya batik larangan di Yogyakarta.

Motif pada batik dipercaya mampu menciptakan suasana yang religius serta memancarkan aura magis sesuai dengan makna yang dikandungnya. Oleh karena itu beberapa motif, terutama yang memiliki nilai falsafah tinggi, seperti Parang Rusak dan Parang Barong dinyatakan sebagai batik larangan.

Dalam pagelaran nanti Lia menggunakan material silk dan knitting dengan motif parang (pengembangan), lurik, dan liris tauhid.

Motif liris V terdiri dari nitik dan coret dipadan dengan mega mendung. Motif lurik (Jogja) berpadu dengan motif mega mendung. Motif topeng berpadu dengan motif mega mendung.

Sebanyak delapan evening modest looks bertema Exhuberent dan Svarga didominasi warna hitam dan merah akan ditampilkan. Motif tradisi dalam pengembangan, motif dan inspirasi ini juga tertuang masuk di beberapa desain rajut dalam gelaran Muslim Fashion Festival dan Fashion District 2018.

KEYWORD :

Hari Batik Lia Mustafa Jogja Cirebon




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :