Kamis, 25/04/2024 13:29 WIB

Kementan: Komoditas Strategis Surplus, Distribusi Perlu Pengawasan

Pemerintah sudah jauh-jauh hari melakukan koordinasi untuk mengantisipasi masalah yang akan muncul.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi kala menerima beberapa media di ruang kerjanya, Kamis (17/5).

Jakarta - Memasuki hari pertama puasa, masyarakat tidak perlu khawatir dalam mencukupi kebutuhan pangannya, karena ketersediaan pangan cukup. Begitu Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, ketika menerima beberapa media di ruang kerjanya, Kamis (17/5).

"Sekali lagi saya katakan, masyarakat tidak perlu khawatir, karena ketersediaan pangan kita cukup, bahkan sampai pasca idulfitri 2018. Ini saya bicara berdasarkan data-data yang kami miliki,"

Agung menjelaskan bahwa, tugas Kementan menjaga produksi agar mampu memenuhi stok sesuai kebutuhan. Contohnya  kebutuhan beras setiap bulan sekitar 2,5 juta ton berarti harus bisa menghasilkan beras di atas 2,5 juta ton.

"Maka kita upayakan setiap bulan bisa panen 1 juta hektare, artinya akan menghasilkan Gabah Kering Panen (GKP) 6 ton per hektare konversi menjadi beras 3,5 juta ton," jelas Agung.

"Kalau konsumsi 2,5 juta ton maka akan surplus. Untuk Mei-Juni total produksi 8,2 juta ton jadi untuk kebutuhan Mei-Juni sekitar 5 juta ton atau naik sedikit untuk lebaran ada kenaikan 20 persen, jadi semua masih aman," tambahnya.

Sedangkan untuk bawang dan cabai permintaan pada bulan Mei-Juni akan naik 20  persen, bawang. Namun komoditi ini 3 bulan sebelumnya sudah di tanam.

"Jadi luas tanam kita 3 bulan sebelumnya kita tambahkan jadi itu sudah kita antisipasi. Jadi produksi kita pada saat bulan ramadhan meningkat 30 persen, begitu juga dengan komoditas yang lain (ayam, telur). Daging ayam bahkan kita sudah ekspor," jelas Agung.

Jadi tidak ada alasan harga naik untuk semua komoditas, karena stok terjamin. Dalam hal ini kerjasama memperlancar distribusi bahan pangan sangat penting.

Untuk itu menurut Agung, pemerintah sudah jauh-jauh hari melakukan koordinasi untuk mengantisipasi masalah yang akan muncul. Saat ini yang sangat diperlukan adalah pengawasan distribusi.

"Negara kita ini sangat luas, dan sebagai negara kepulauan masalah distribusi bahan pangan harus diperhatikan, karena tidak semua daerah merupakan daerah sentra produksi pangan," kata Agung.

Agung mengakui, distribusi pangan terlalu panjang, sehingga sampai kekonsumen akhir  harganya mahal. Untuk memutus matarantai distribusi  pangan, Badan Ketahanan Pangan sejak 2016 mengembangkan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui TTI, dan pada 2018 jumlah PUPM berkembang menjadi 1.156  Gapoktan dan 3.000 TTI di 22  provinsi dan pada tahun 2018 ada 20 provinsi yang membangun Toko Tani Indonesia Center (TTIC).

"Melalui TTI dan TTIC, masyarakat dapat membeli bahan pangan berlualitas dan harganya lebih murah dibanding dipasar lainnya," jelas Agung.

"Kenapa berkualitas dan lebih Murah!?, karena produknya fresh dari petani, dan kita sudah potong matarantai distribusinya," tambah Agung.

Menurut Agung, saat ini BKP Kementan melalui TTI, bekerja sama dengan PD PasarJaya, di 235 titik, pasar di seputaran DKI.

"Insya Allah, hingga akhir idul fitri 2018 nanti, kondisi tahun 2017 akan terjadi lagi, yaitu kondisi stok dan harga pangan pada saat itu stabil dan tidak ada gejolak," jelas Agung.

KEYWORD :

Kementan Agung Hendriadi pangan BKP TTI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :