Jum'at, 19/04/2024 01:42 WIB

Carmelita Hartoto, Nakhoda Kapal Besar INSA

Sejak tahun 2015,  ia bersama Chandra Motik membidani kelahiran organisasi perempuan maritim dunia di Indonesia atau Women In Maritime Indonesia (WIMA-INA).

Ketua Umum DPP INSA, Carmelita Hartoto

Dunia maritim, termasuk usaha perkapalan sangat identik dengan laki-laki. Namun, siapa sangka, ada seorang perempuan yang kini justeru menjadi pimpinan puncak di organisasi para pengusaha kapal niaga di Indonesia atau yang sering disebut INSA (Indonesia National Shipowners Association).

Carmelita Hartoto nama perempuan tersebut. Ia telah berhasil membuktikan bahwa kaum perempuan pun memiliki kemampuan yang setara bahkan melebihi laki-laki dalam dunia pelayaran. Meimei, begitu ia biasa disapa, telah membuktikan kemampuannya menjadi nakhoda kapal besar INSA selama dua periode, yakni sejak periode 2011-2015 dan 2015-2019.

Ia juga pemimpin puncak di bisnis kapal di bawah naungan bendera Andhika Group. Meimei juga mendapatkan kepercayaan sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perhubungan, sekaligus sebagai bendahara umum.

Sejak tahun 2015,  ia bersama Chandra Motik membidani kelahiran organisasi perempuan maritim dunia di Indonesia atau Women In Maritime Indonesia (WIMA-INA). Organisasi ini berada di bawah naungan organisasi maritim internasional atau International Maritime Organization (IMO) yang bermarkas besar di London, Inggris. Dan dia pun dipercaya sebagai wakil ketua umumnya, mendampingi Chandra Motik.

Kartini dan Keumalahayati atau Malahayati adalah dua orang tokoh perempuan yang dia kagumi. Keduanya di mata perempuan kelahiran Surabaya 50 tahun silam itu merupakan perempuan-perempuan hebat. Kartini merupakan tokoh emansipasi wanita. Sedangkan Malahayati, seorang seorang laksamana perempuan asal Kesultanaan Aceh dari abad ke-16 yang menjadi panglima pertama wanita pertama di dunia.

“Malahayati perempuan pertama yang mengenalkan maritim. Juga sebagai panglima pertama wanita yang memimpin pasukan laki-laki di lautan. Sangat layak menjadi inspirasi,” kata Meimei.

Inspirasi dari Laksamana Malahayati itulah yang membuat Meimei bertahan dan kuat bagai gunung karang dalam menghadapi kerasnya berbagai gempuran dinamika dan problem di sektor pelayaran yang nota bene masih banyak dikuasai oleh kaum laki-laki. Sebagai perempuan, tantangannya sangat banyak dalam mengelola organisasi pengusaha pelayaran yang besar seperti INSA. Tidak jarang dia menerima prilaku yang kurang menyenangkan dan sikap sinis dari kaum laki-laki.

“Apalagi ketika awal-awal saya memimpin INSA. Mungkin mereka melihat saya perempuan, masih terlalu, dan menganggap tidak mampu,” tuturnya.

Seiring perjalanan waktu, perbedaan perlakuan gender antara perempuan dan laki-laki di dunia maritim Indonesia sudah mulai mengikis. Itu dibuktikan dengan dirinya yang semakin diterima di kalangan dunia yang dikenal sangat maskulin tersebut.

Saat ini kesempatan berkembang bagi perempuan di dunia maritim sangat terbuka, tergantung dari kompetensi individu masing-masing. Namun dia pun mengakui, jumlah pelaut perempuan yang masih cukup sedikit jika dibandingkan pelaut laki-laki. Per 9 Maret 2018, jumlah pelaut perempuan mencapai 10,320 orang dari total jumlah pelaut yang ada yakni 899,768 orang.

Kendati begitu, katanya, peran perempuan dalam industri maritim Indonesia telah memasuki banyak bidang. Hal ini bisa dilihat dari beberapa jabatan strategis yang telah dipegang perempuan di dunia kemaritiman Indonesia sejak beberapa tahun terakhir.

Peran perempuan itu misalnya, menjadi pelaku usaha pelayaran, menjadi pucuk pimpinan manajemen perusahaan pelayaran, pejabat di kementerian terkait kemaritiman, pakar hukum maritim dan konsultan hukum maritim.

"Peran perempuan dan laki-laki di dunia maritim Indonesia sudah menuju arah positif dalam kesamaan pemberian hak dan kewajiban, kendati peran perempuan masih harus terus didorong," sebut dia.

Menurutnya, pemberdayaan perempuan pada sektor maritim bukan ditujukan menjadi pesaing bagi laki-laki, melainkan bersinergi antar keduanya. Karena dalam menjawab tantangan dan menangkap peluang masa depan di bidang maritim membutuhkan kolaborasi gender.

Tangan dinginnya memimpin DPP INSA dan seabreg kegiatan di bidang maritim lainnya, maka tidak heran Kementerian Perhubungan, Khususnya Direktorat Jenderal Perhubungan Laut memberi Meme penghargaan sebagai Women In Maritime.

Penghargaan itu diberikan langsung oleh Menteri Perhubungan yang ketika itu dijabat oleh EE Mangindaan dalam acara Kampanye Keselamatan Pelayaran dan Peringatan Hari Pelaut Sedunia Tahun 2014. Women in Maritime merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada wanita yang memiliki prestasi dalam bidang kemaritiman di Indonesia.

KEYWORD :

Carmelita Hartoto INSA WIMA-INA




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :