Sundari | Sabtu, 31/03/2018 14:29 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres (Foto: Financial Tribune)
New York - Seorang pejabat tinggi PBB memperingatkan kemungkinan situasi makin memburuk di Jalur Gaza dalam beberapa hari ke depan, dan mendesak Israel untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam kerangka hukum hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional.
Dewan Keamanan pada hari Jumat mengadakan sidang darurat atas permintaan Kuwait karena situasi di Gaza yang memanas setelah 15 orang
Palestina tewas ditembak tentara
Israel dalam demonstrasi damai.
"Ada ketakutan situasi mungkin akan memburuk dalam beberapa hari mendatang," Asisten Sekretaris Jenderal
PBB untuk Urusan Politik Taye-Brook Zerihoun mengatakan pada sesi darurat dan mendesak Dewan
PBB untuk terus menekankan bahwa tidak boleh ada warga sipil yang ditargetkan, dan semua menahan diri untuk melibatkan anak-anak dalam bahaya.
Dia juga menuntut
Israel memenuhi tanggung jawabnya di bawah hukum internasional dan menekankan bahwa kekuatan militer baru bisa digunakan sebagai upaya terakhir, dengan setiap kematian yang dihasilkan harus benar-benar diselidiki oleh pihak berwenang.
Wakil permanen Kuwait untuk
PBB Mansour Al-Otaibi menegaskan bahwa demonstran
Palestina semuanya "tidak bersenjata" dan menekankan bahwa demonstrasi itu berlangsung dengan damai.
Sementara, Diplomat AS Walter Miller mendorong kedua pihak untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah bentrokan tambahan dan meningkatkan ketegangan. "Kami sangat sedih dengan hilangnya nyawa di Gaza," katanya.
Perwakilan tetap Rusia, Vladimir Safronkov, mengatakan Moskow "sangat" prihatin dengan perkembangan di Gaza.
"Ada kebutuhan nyata untuk meningkatkan upaya mediasi diplomatik dalam rangka mengurangi situasi yang tegang," tambah Safronkov.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal
PBB Antonio Guterres. dalam pernyataan tertulis menyerukan penyelidikan independen dan transparan untuk bentrokan tersebut sementara Dewan Keamanan sedang melakukan sesi darurat.
Guterres menyatakan keprihatinan mendalam tentang bentrokan mematikan tersebut dan mendesak semua pihak bisa menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan korban tambahan, terutama tindakan yang dapat menempatkan warga sipil dalam bahaya.
"Tragedi ini menggarisbawahi urgensi revitalisasi proses perdamaian yang bertujuan menciptakan kondisi untuk kembali ke perundingan bermakna untuk solusi damai yang akan memungkinkan
Palestina dan
Israel untuk hidup berdampingan dengan damai dan dalam keamanan," tambahnya.
Seperti diketahui, puluhan ribu warga Gaza berbaris sepanjang 45 kilometer (28 mil) di perbatasan timur
Palestina dengan
Israel untuk menegaskan kembali hak mereka untuk kembali ke rumah leluhur mereka di
Palestina yang bersejarah.
Beberapa jam sebelum pawai dilakukan, seorang petani
Palestina tewas ketika peluru artileri
Israel menghantam tanahnya di
Jalur Gaza selatan.
Israel mengerahkan ribuan pasukan di sepanjang perbatasan untuk mengantisipasi demonstrasi massa yang dijuluki "Great March of Return" yang juga berusaha menekan
Israel untuk mencabut blokade Gaza yang sudah dilakukan lebih dari satu dekade.
Pawai ini didukung oleh hampir semua faksi politik
Palestina, dan berulang kali menekankan bahwa acara itu akan berlangsung damai.
Sejak 2007,
Jalur Gaza telah menderita akibat blokade
Israel-Mesir yang melumpuhkan dan menghancurkan perekonomian warga
Palestina.
Pawai pada Jumat juga bertepatan dengan Hari Tanah
Palestina yang memperingati pembunuhan enam orang
Palestina oleh pasukan
Israel pada tahun 1976. (AA)
KEYWORD :
PBB Israel Palestina Jalur Gaza