Sabtu, 19/07/2025 18:18 WIB

Tips Islami Menata Hati agar Hidup Lebih Tenang

Ilustrasi menata hati (Foto: Pexels/Marta Nogueira)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam tubuh manusia terdapat satu bagian kecil yang menentukan arah hidupnya, hati. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR al-Bukhari).

Hadis tersebut menegaskan bahwa hati bukan sekadar tempat bersemayamnya perasaan, tetapi bagian kunci penentu seluruh perilaku. Anggota tubuh hanyalah pengikut; jika pemimpinnya lurus, pengikutnya pun akan mengikuti kebaikan.

Karena itu, menata hati dalam Islam bukan perkara tambahan, melainkan bagian mendasar dalam kehidupan beragama. Hati yang bersih akan memandu amal saleh, sedangkan hati yang rusak akan menyesatkan meski lisannya tetap berzikir.

Banyak ulama menaruh perhatian besar terhadap proses pembersihan hati ini. Salah satunya adalah Syekh Khalib ibn ‘Utsman ibn al-Sabt yang menjelaskan dalam kitab Nuzhatul-Fudhalâ bahwa langkah pertama dalam menata hati adalah niat yang kuat.

Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, Syekh Khalib menekankan, perubahan tak akan terjadi tanpa kemauan yang jujur dari hati itu sendiri. Hati harus ingin berubah sebelum ia bisa diperbaiki.

Menurut beliau, ada beberapa upaya utama yang menjadi jalan untuk menata hati. Seluruhnya bermuara pada kesungguhan dan perjuangan batin melawan kecenderungan duniawi.

Langkah pertama adalah mujahadah, yakni melawan hawa nafsu dengan konsisten. Seorang tabi’in, Ibnu al-Munkadir, mengaku berjuang menundukkan nafsunya selama empat puluh tahun agar dapat istiqamah.

Ungkapan ini memberi pesan bahwa istiqamah adalah hasil dari perjuangan panjang. Jika hati telah tegak, maka seluruh amal pun akan tegak pula.

Langkah berikutnya adalah memperbanyak mengingat kematian, karena ia memutuskan kelekatan hati pada dunia. Nabi SAW bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian).” (HR. Tirmidzi).

Ziarah kubur, melihat orang yang sakaratul maut, atau sekadar merenungkan ajal, akan menghidupkan hati yang beku. Dengan begitu, seseorang akan lebih siap meninggalkan hal-hal yang sia-sia.

Selain itu, hati juga dapat dibersihkan melalui kedekatan dengan orang-orang saleh. Memandang wajah mereka, berada dalam lingkungannya, serta mendengar nasihat mereka menjadi sebab terbukanya kelapangan hati.

Wajah, sebagaimana dikatakan oleh para ulama, adalah cerminan dari apa yang tersembunyi dalam dada. Rahasia hati kerap terbaca dari raut muka dan lisan seseorang.

Merenungkan keagungan Allah juga menjadi sarana menata hati yang utama. Al-Qur’an berulang kali menyeru manusia untuk melihat langit dan bumi sebagai tanda keesaan-Nya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berakal.” (QS. Ali Imran: 190).

Namun, perenungan ini tidak akan bermakna jika hati masih bergantung pada selain-Nya. Ketika hati mencintai dunia secara berlebihan, maka penderitaan akan datang dari apa yang dicintainya.

Sebaliknya, jika hati ditambatkan hanya pada Allah, maka ketenangan akan menyertai setiap langkahnya. Para ulama sepakat bahwa semakin kuat cinta kepada Allah, semakin ringan pula hati menjalani hidup.

Amal saleh juga menjadi bagian penting dalam pembersihan hati. Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa kebaikan melahirkan cahaya di hati, sinar di wajah, dan kekuatan dalam tubuh.

Sebaliknya, dosa menorehkan noda hitam dalam hati, seperti disebut dalam hadis, “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam.” (HR. Tirmidzi).

Karena itu, menjaga hati berarti menjaga amal. Hati yang digunakan untuk tujuan mulia akan mampu menjaga tubuh dari perbuatan sia-sia.

Hati diciptakan untuk beriman kepada tauhid, bersyukur, mengingat, dan merenung. Jika hati disibukkan dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka ia akan menjadi keras dan gelisah.

Agar hati tetap hidup, ia perlu diberi makanan rohani. Dzikir dan membaca Al-Qur`an adalah sumber nutrisi utama yang menenangkan hati.

Allah berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Namun sebagaimana tubuh yang sakit tak dapat menikmati makanan, hati yang sakit karena cinta dunia juga tidak bisa merasakan manisnya zikir. Maka, membersihkan hati harus menjadi bagian dari rutinitas harian, bukan sekadar reaksi terhadap masalah. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Tips Menata Hati Hidup Tenang Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :