
Kaka selebrasi di Maraton Berlin (Foto: Goal)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam beberapa tahun terakhir, ajang maraton telah menjelma menjadi fenomena global yang melampaui sekadar olahraga. Tidak hanya pelari profesional, jutaan peserta dari berbagai latar belakang kini menjadikan maraton sebagai ajang prestisius, gaya hidup, dan bahkan destinasi wisata. Mengapa lari maraton kini menjadi begitu populer.
Diketahui, tren maraton mengalami lonjakan peserta pasca-pandemi COVID-19. Setelah dunia ‘terkurung’ selama dua tahun, banyak orang mencari aktivitas luar ruang yang menyehatkan sekaligus memiliki nilai sosial. Lari maraton memenuhi kebutuhan itu.
Lebih dari sekadar berlari, ajang ini menawarkan pengalaman komunitas, semangat kompetisi sehat, dan pencapaian pribadi yang membanggakan.
Peningkatan peserta tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti New York, London, atau Berlin. Maraton lokal di Asia dan Afrika juga mulai dilirik pelari internasional. Hal ini seiring dengan tumbuhnya kesadaran global tentang pentingnya kesehatan mental dan fisik. Maraton pun menjadi simbol komitmen terhadap gaya hidup sehat dan berkelanjutan.
Aspek sosial juga menjadi faktor pendorong utama. Banyak peserta maraton berlari sambil menggalang dana untuk amal atau mengangkat isu-isu kemanusiaan. Maraton Boston misalnya, mencatat sumbangan amal lebih dari USD40 juta pada 2023. Ini menjadikan lari bukan hanya aktivitas fisik, tapi juga bentuk solidaritas sosial dan kepedulian.
Maraton kini juga menyatu dengan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Penyelenggara sering menggandeng UMKM lokal, menawarkan paket wisata, dan merancang jalur yang menampilkan keindahan kota. Bahkan, kota penyelenggara maraton bisa meraup pendapatan hingga ratusan juta dolar dari kunjungan wisatawan dan konsumsi peserta.
Tips Menjaga Pola Hidup Sehat Pasca Lebaran
Fenomena ini turut dipengaruhi oleh media sosial. Banyak pelari pemula membagikan perjalanan mereka dari nol hingga garis finis. Narasi transformasi pribadi, baik untuk menurunkan berat badan, mengatasi depresi, atau mengejar mimpi, telah memperkuat daya tarik maraton di kalangan generasi muda.
Dengan gabungan antara olahraga, wisata, solidaritas, dan pencitraan diri, maraton kini menjadi lebih dari sekadar ajang lari jarak jauh. Ia telah menjadi gaya hidup global yang inklusif, inspiratif, dan terus berkembang. Maraton bukan hanya soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling kuat bertahan dan konsisten berproses.
KEYWORD :Olahraga Maraton Aktivitas Fisik Pola Hidup Sehat