Ilustrasi - Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terekam kamera di di Ekosistem Leuser, Aceh (Foto: Earth)
Jakarta, Jurnas.com - Di tengah berita duka karena banjir dan longsor di Sumatra, kabar baik datang dari harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae). Sebuah temuan baru dari para biolog konservasi mengungkap populasi harimau Sumatra di Ekosistem Leuser, Aceh, menunjukkan kondisi yang tegolong kuat, sehingga memberi harapan baru di tengah penurunan populasi harimau Asia yang berlangsung selama puluhan tahun.
Ekosistem Leuser dikenal sebagai lanskap hutan terhubung terbesar di Sumatra, dan kawasan ini menjadi satu-satunya benteng dengan habitat harimau yang masih relatif utuh. Kondisinya yang mencakup hutan dataran rendah hingga pegunungan menghadirkan ruang hidup yang stabil bagi satwa liar yang semakin terdesak.
Sebagian besar wilayah Leuser masih termasuk hutan utuh dan diawasi patroli rutin, sehingga tekanan perburuan bisa ditekan. Hal ini memperkuat posisi Leuser sebagai kawasan yang secara ekologis lebih siap mendukung kelangsungan harimau dibanding banyak daerah lain di Sumatra.
“Kami mendokumentasikan populasi harimau yang kuat, tampaknya termasuk yang paling sehat di pulau ini,” kata Joe. “Bagi kami yang bekerja langsung di lapangan, tanggung jawabnya kini adalah menggandakan upaya dan memberikan perlindungan yang memadai bagi mereka.”
Mengapa Sumatra Dijuluki Pulau Andalas?
Jumlah kamera meningkat dari 34 unit hingga 74 unit dalam tiga periode pemantauan antara 2023 dan 2024, sehingga cakupan pengamatan semakin luas. Perluasan ini terbukti efektif karena kamera berhasil menangkap 282 foto harimau Sumatra dari berbagai area.
Analisis pola garis tubuh mengidentifikasi 27 individu terdiri dari 14 betina, 12 jantan, dan satu yang belum terklasifikasi, sehingga menunjukkan komposisi populasi yang sehat. Tingginya jumlah betina menjadi sinyal penting bahwa habitat di wilayah tersebut masih memadai untuk membesarkan anak.
Dalam satu periode pemantauan pada 2023, tim juga menemukan tiga kelompok anak harimau yang menandakan keberhasilan reproduksi di alam liar. Dua anak jantan yang pertama kali terlihat pada 2023 bahkan muncul kembali sebagai individu dewasa pada 2024, sehingga memperkuat bukti keberlangsungan populasi.
Penelitian ini dilakukan di hutan lindung milik Pemerintah Aceh yang bukan merupakan zona taman nasional, sehingga keberhasilannya menjadi lebih mengejutkan. Meski sumber daya terbatas, kawasan ini menghasilkan foto harimau hampir tiga kali lebih banyak daripada survei singkat di wilayah Sumatra lainnya.
Temuan pergerakan harimau turut memberi pemahaman baru mengenai penempatan kamera yang lebih efektif, sehingga metode pemantauan dapat diperbaiki di masa mendatang. Data pergerakan ini sangat dibutuhkan karena menentukan evaluasi jangka panjang terhadap keberhasilan upaya konservasi di berbagai lokasi.
Hasil positif ini tidak terlepas dari keberlanjutan hutan dataran rendah dan peran masyarakat lokal yang menjaga wilayahnya tetap aman dari ancaman. Kondisi tersebut mendukung ketersediaan mangsa alami yang dikenal paling melimpah di lanskap Sumatra bagian utara.
Meski tanda pemulihan mulai terlihat, ancaman perburuan, konflik manusia–satwa, dan hilangnya habitat tetap menjadi tantangan besar. Namun penelitian ini membuktikan bahwa ketika habitat terlindungi dan mangsa tersedia, harimau Sumatra mampu bertahan dan berkembang.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Conservation Science, dan menjadi bukti penting bahwa kolaborasi jangka panjang antara ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat mampu menghasilkan perubahan nyata. Dengan demikian, kisah dari Leuser menjadi pengingat bahwa harapan bagi harimau Sumatra masih layak diperjuangkan. (*)
Sumber: Earth
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Harimau Sumatra Populasi Harimau Pulau Sumatra
























