Sabtu, 20/04/2024 09:56 WIB

Anggota DPR Tagih Janji Menteri ESDM Batasi Smelter Kelas Dua

Salah satu cara pembatasan itu melalui instrumen penerapan bea keluar (pajak ekspor) produk ini. Sebab, kandungan nikel kedua produk tersebut hanya sekitar 4-8 persen. Sehingga nilai tambahnya rendah ketika diekspor.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. (Foto: Azka/Man)

Jakarta, Jurnas.com - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto meminta Menteri ESDM Arifin Tasrif membatasi pembangunan smelter nikel kelas dua. Smelter kelas dua adalah fasilitas pemurnian dan pengolahan nikel menjadi bahan baku setengah jadi Nickel Pig Iron (NPI) dan Fero Nikel (FeNi).

“Salah satu cara pembatasan itu melalui instrumen penerapan bea keluar (pajak ekspor) produk ini. Sebab, kandungan nikel kedua produk tersebut hanya sekitar 4-8 persen. Sehingga nilai tambahnya rendah ketika diekspor,” terangnya kepada wartawan, Jumat (9/6).

Wakil Ketua Fraksi PKS ini mengatakan, pembatasan ini perlu. Sebab jika tidak dibatasi, cepat atau lambat akan menguras cadangan bijih nikel, karena Saprolit nikel (kadar di atas 1.5 persen nikel) kita semakin menipis. Sementara produknya hanya barang setengah jadi dengan kandungan nikel rendah.

"Ini kan seperti hilirisasi setengah hati. Kita menginginkan program hilirisasi yang menuju industrialisasi, dimana produk smelter adalah nikel matte dengan kandungan nikel lebih dari 70 persen; nikel sulfat untuk bahan baterai listrik; dan stainless steel, yang diorientasikan sebagai bahan baku industri domestik,” terang Mulyanto.

Dia menambahkan, persoalan ini yang dikembangkan maka nilai tambah dan multiflier efeknya secara domestik akan semakin tinggi dan semakin mensejahterakan rakyat.

“Wacana ini sudah dilontarkan Menteri ESDM namun sayang tindak-lanjutnya masih belum jelas. Sampai hari ini ekspor NPI dan fero nikel masih bebas," terang Mulyanto.

Berdasarkan hasil Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Minerba, KESDM, Dirjen Ilmate, Kemenperin dan para pengusaha smelter, Kamis (8/6/) di Kompleks Parlemen, diketahui bahwa jumlah smelter kelas dua sampai hari ini sebanyak 57 buah.

Dimana 34 unit sudah beroperasi; 17 unit dalam proses konstruksi dan 6 unit masih dalam tahap studi kelayakan. Sementara smelter kelas satu hanya ada 4 buah. Tiga sudah operasi dan satu masih dalam tahap studi kelayakan.

 

 

 

 

 

KEYWORD :

Warta DPR Komisi VII PKS Mulyanto Menteri ESDM Arifin Tasrif Smelter nikel




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :