Kamis, 25/04/2024 11:25 WIB

Mentan Syahrul: Ketergantungan Impor Kedelai Tidak Boleh Dilakukan Terus-menerus

Selama ini, kebutuhan kedelai dipenuhi dari luar negeri karena harus diakui harga kedelai impor lebih murah. 

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) bersama melakukan tanam kedelai di Pekon Banjar Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus, Lampung, Jumat (2/6).

JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) bersama melakukan tanam kedelai di Pekon Banjar Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus, Lampung, Jumat (2/6).

Dihadiri Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, Gubernur Lampung, Arinal, dan Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, Mentan SYL mengatakan, penanaman kedelai ini merupakan upaya bersama mengakhiri ketergantungan terhadap impor.

"Hari ini adalah tekad pak gubernur dengan kita semua, bahwa impor ini secara bertahap (dikurangi) bersama pak Mendag untuk menggairahkan kembali produksi kedelai kita," kata SYL.

Selama ini, kebutuhan kedelai dipenuhi dari luar negeri karena harus diakui harga kedelai impor lebih murah. Alasan itu jugalah petani lebih memilih menanam jagung, dibandingkan bahan baku tahu dan tempe tersebut.

"Petani lebih memilih menanam jagung karena per hektare jagung menghasilkan 5, 6 sampai 7 ton, kalau kedelai, 2 sampai 2,5 ton per hektare. Namun apa pun alasannya, ketergantungan itu tidak boleh dilakukan terus-menerus," ujar SYL.

Sementara itu, Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi menyampaikan bahwa provinsi Lampung selama ini menyumbang 5 ribu ton kedelai dari total produksi kedelai nasional.

"Lampung sebagai lokomotif pertanian, ini saya menginisiasi kedelai ini bisa menjadi unit percontohan yang nantinya bisa bersama-sama , IPB, Unila, Kementan dan Kemendag. Harapannya,kalau 10 provinsi bisa memperoduksi dengan nilai yang sama, maka selesai kedelai ini," imbuh Arinal.

KEYWORD :

Syahrul Yasin Limpo Kedelai Tahu dan Tempe




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :