Kamis, 25/04/2024 21:20 WIB

Negara-negara Afrika akan Lakukan Misi Perdamaian ke Ukraina dan Rusia

Ramaphosa mengatakan telah melakukan panggilan telepon terpisah dengan Putin dan Zelenskyy selama akhir pekan.

Tim penyelamat bekerja di lokasi pemukiman yang rusak parah akibat serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Zaporizhzhia, Ukraina, pada 3 Mei 2023. (Reuters)

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa mengatakan, enam pemimpin Afrika berencana melakukan perjalanan ke Rusia dan Ukraina "sesegera mungkin" untuk membantu menemukan resolusi perang.

"Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah setuju untuk menerima misi dan kepala negara Afrika, baik di Moskow maupun Kyiv," kata Ramaphosa.

Ramaphosa mengatakan telah melakukan panggilan telepon terpisah dengan Putin dan Zelenskyy selama akhir pekan, di mana dia mempresentasikan inisiatif yang dibuat oleh Zambia, Senegal, Republik Kongo, Uganda, Mesir, dan Afrika Selatan.

"Saya setuju dengan Presiden Putin dan Presiden Zelenskyy untuk memulai persiapan keterlibatan dengan kepala negara Afrika," kata Ramaphosa.

"Kami berharap akan melakukan diskusi intensif," katanya saat berbicara pada konferensi pers di Cape Town saat kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres dan Uni Afrika (AU) telah diberi pengarahan tentang inisiatif tersebut dan menyambutnya, tambah Ramaphosa.

Ramaphosa tidak memberikan garis waktu khusus untuk kunjungan tersebut atau perincian lainnya, hanya mengatakan bahwa konflik tersebut telah menghancurkan dan Afrika juga sangat menderita karenanya.

Negara-negara Afrika sangat terpukul oleh kenaikan harga biji-bijian dan dampaknya terhadap perdagangan dunia.

Pengumuman itu dikeluarkan sehari setelah Ramaphosa mengatakan Afrika Selatan berada di bawah tekanan luar biasa untuk memihak dalam konflik tersebut, menyusul tuduhan dari Amerika Serikat (as) bahwa Pretoria memasok senjata ke Moskow

Misi tersebut akan menjadi yang terbaru dari upaya diplomatik yang sejauh ini gagal untuk menghentikan perang. Seorang utusan khusus China diharapkan tiba di Kyiv untuk kunjungan dua hari pada Selasa untuk mempromosikan negosiasi perdamaian yang dipimpin Beijing.

Pekan lalu, Guterres mengatakan kepada surat kabar Spanyol bahwa negosiasi perdamaian tidak mungkin dilakukan saat ini, sebab kedua belah pihak yakin bahwa mereka bisa menang.

Tetapi Ramaphosa mengatakan prakarsa Afrika telah bertemu dengan "dukungan hati-hati" di Washington dan sejumlah ibu kota Eropa dikunjungi oleh "fasilitator" yang bertugas mempresentasikan rencana tersebut.

Upaya tersebut dapat membantu Pretoria merehabilitasi citranya sebagai pemain dan mediator netral, menyusul tuduhan bahwa ia telah mengarah ke Rusia.

Komandan pasukan darat Afrika Selatan berada di Moskow untuk membahas kerja sama militer pada hari Senin, yang terbaru dari serangkaian insiden yang oleh para kritikus disebut sebagai bukti kecenderungan ke arah Kremlin.

Pekan lalu, utusan AS untuk Pretoria mengatakan bahwa AS yakin senjata dan amunisi telah dimuat ke kapal barang Rusia yang berlabuh di pangkalan angkatan laut Cape Town pada bulan Desember.

Pada hari Selasa, menteri pertahanan Afrika Selatan, Thandi Modise, membantah tuduhan tersebut dalam sebuah wawancara dengan surat kabar lokal Mail & Guardian.

"Semua orang sekarang melihat hantu yang disebut Afrika Selatan. Saya dapat memberitahu Anda bahwa pasti, kami tidak mengirim fokol, bahkan tidak sepotong Chappies ke Rusia," katanya merujuk pada merek permen karet lokal yang populer dan menggunakan sumpah serapah Afrika. "tidak ada sama sekali".

Pada hari Senin, Ramaphosa mengatakan Afrika Selatan tidak akan ditarik ke dalam kontes antara kekuatan global meskipun telah menghadapi tekanan luar biasa untuk melakukannya.

Afrika Selatan telah menolak mengutuk konflik di Ukraina, yang sebagian besar telah mengisolasi Moskow di panggung internasional, dengan mengatakan ingin tetap netral.

Dalam kritik terselubung terhadap sikap itu pada hari Selasa, Lee dari Singapura mengatakan mengutuk invasi Rusia adalah masalah prinsip.

"Satu negara tidak dapat menginvasi negara lain dengan impunitas ... ketidaksetujuan yang jelas harus diberikan," katanya dalam konferensi pers di Cape Town, diapit oleh Ramaphosa. "Kami tetap berteman dengan Rusia tetapi kami tidak dapat menyetujui apa yang telah dilakukan".

Sumber: AFP

KEYWORD :

Afrika Selatan Cyril Ramaphosa Perang Rusia Ukraina Amerika Serikat PBB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :