Kamis, 25/04/2024 13:02 WIB

Habib Syakur Minta Pemerintah Tegas Hadapi Faham Khilafah yang Marak di Daerah

Kelompok Khilafah Pengaruhi Masyarakat Awam di Daerah Secara Massif

Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid

Jakarta, Jurnas.com - Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid, meminta pemerintah lebih tegas dalam menindak gerakan penyebar ajaran Khilafah yang marak dan mempengaruhi masyarakat awam di daerah-daerah.

"Selama ini pemerintah tidak tegas terhadap larangan penyebaran khilafah. Akibatnya mereka terus merebak di daerah-daerah," kata Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Senin (20/3/2013).

Habib Syakur menilai langkah Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Antiteror Mabes Polri sudah benar dengan melakukan penangkapan terhadap aktor terorisme Jamaah Islamiah di Sulawesi Tengah.

Namun bagi Habib Syakur, kinerja Densus 88 ini belum bisa optimal karena tidak ada ketegasan pemerintah secara menyeluruh, untuk memberantas gerakan yang mengarah pada terorisme dan memecah belah NKRI ini.

"Harusnya pemerintah tegas menentukan sikap, bahwa ideologi khilafah seperti Jamaah Islamiah, MTI, HTI, dan gerakan semacam itu sesat dan terlarang di Indonesia. Kemudian tidak tegas," ungkap Habib Syakur.

Jika ketidaktegasan pemerintah ini terus berlanjut, Habib Syakur menilai umat Islam di Indonesia akan sangat dirugikan. Sebab seolah-olah Islam itu tidak nasionalis. Seolah-olah Islam itu agama yang suka dengan kekerasan dan anti-terhadap Pancasila.

"Sekarang ada banyak orang punya label bahwa seakan-akan umat Islam tak ada masalah dengan khilafah, padahal ada masalah. Islam difitnah oleh oknum pengasong khilafah bahwa Islam anti-Pancasila. Padahal Islam itu ya Pancasilais dan Islam itu ya nasionalis," tegas Habib Syakur.

Bagi negara Indonesia, Habib Syakur menilai ajaran khilafah itu adalah antitesa Pancasila. Khilafah adalah ajaran yang anti terhadap kebhinekaan, dan anti-terhadap persatuan dan NKRI.

Gerakan khilafah, lanjut Habib Syakur, sangat berbahaya karena mereka tidak segan-segan melakukan aksi kekerasan seperti bom bunuh diri dan teror-teror lainnya atas nama agama.

"Aliran ini sangat berbahaya. Sangat mengancam. Tapi kenapa sekarang diputarbalikan seolah yang nasionalis itu anti-Islam. Padahal Indonesia yang Pancasilais itu tidam anti Islam. Tak ada anti Islam, tapi ada situasi yang menarasikan seolah Islam berbenturan dengan kelompok nasionalis. Padahal nasionalis juga banyak Islam," jelas Habib Syakur.

"Mindset yang dibangun kepada masyarakat awam oleh kelompok Jamaah Islamiah, HTI, MTI dan aliran khilafah lainnya itu adalah nasionalis itu anti Islam. Dan banyak yang terkecoh, terutama di daerah dan desa-desa," tegasnya.

Lebih dari itu, Habib Syakur semakin khawatir karena kelompok pro-Khilafah ini mendapat angin segar dalam Pemilu 2024 dengan mejunya Anies Baswedan sebagai Capres.

Secara bersamaan juga, kata Habib Syakur, Anies Baswedan pun menjadi penikmat politisasi identitas untuk meraih kekuasaan.

"Maka tak heran, kita lihat narasi-narasi yang dibangun untuk mempengaruhi masyarakat awam. Seperti presiden serakah, pemerintah thogut dan sebagainya. Jelas mereka (kalangan Khilafah, red) ada di belakang Anies Baswedan," tuntas Habib Syakur.

KEYWORD :

Habib Syakur Bin Ali Mahdi Al Hamid khilafah Pancasila




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :