Kamis, 25/04/2024 00:52 WIB

Indonesia Dinilai Perlu Mendinginkan Suasana Keagamaan Global

Pemerintah Indonesia Dinginkan Suasana Global Yang Manas

Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid

Jakarta, Jurnas.com - Memanasnya kondisi global dengan isu politik identitas, Islamofobia, serta pembakaran Alquran, dinilai perlu disikapi oleh Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid mengatakan, pemerintah Presiden Jokowi perlu membentuk satuan tugas khusus, yang melibatkan Kemenkopolhukam serta kementerian luar negeri untuk mengundang duta besar negara-negara sahabat, lalu menjelaskan sikap dan posisi Indonesia terkait memanasnya situasi Global akibat isu identitas keagamaan.

"Sebab dengan adanya kasus pembakaran Alquran di Eropa, isu Islamofobia, serta isu politik di Iran, semua itu pasti memicu reaksi. Apalagi Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, perlu menyatakan sikap yang mendinginkan suasana," ujar Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Minggu (29/1/2023).

Habib Syakur mengatakan, Indonesia adalah negara berdaulat yang punya prinsip kebhinekaan dan toleransi. Ketika ada kejadian seperti pembakaran Alquran, pembakaran bendera, ataupun isu tentang Islamofobia, maka sikap Indonesia tentu ditunggu-tunggu oleh negara lain.

"Tapi saya yakin bahwa Indonesia tidak terpancing atau reaktif. Makanya saya mengusulkan agar pemerintah membuat gugus tugas, mengajak negara-negara sahabat untuk ramah-tamah dan mengedepankan persahabatan. Indonesia tidak ikut-ikutan panas tapi mendinginkan suasana," tegasnya.

Dalam kemerdekaan berpendapat dan politik luar negeri yang bebas aktif, Habib Syakur mengingatkan bahwa Pemerintah Indonesia harus memberikan pengertian kepada seluruh negara sahabat tentang kedaulatan NKRI yang tetap terjaga, tanpa harus membenturkan pendapat-pendapat yang tujuannya mengarah ke politisasi identitas.

"Bagi saya, Presiden Jokowi harus undang negara sahabat untuk berbicara menegaskan komitmen Indonesia menjalin hubungan baik dengan negara sahabat," imbuhnya.

Secara khusus, Habib Syakur mengaku kagum Indonesia punya Menteri Luar Negeri sekelas Retno Lestari Priansari Marsudi yang sangat cakap dalam berdiplomasi, santun, dan mampu membawa Indonesia disegani di dunia.

Sedangkan di sisi lain, Habib Syakur mengaku miris mendengar pernyataan pegiat media sosial Ade Armando yang ikut-ikutan membahas persoalan negara Iran, bahkan terkesan membangun suasana anti agama dan Islamofobia di Indonesia.

"Ade Armando lupa bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dan Iran baik-baik saja, sehingga komentar yang menyudutkan negara Iran itu bisa memicu persoalan baru di Indonesia," imbuh Habib Syakur.

Kasus Iran yang dikomentari oleh Ade Armando sendiri adalah terkait demonstrasi keagamaan yang terjadi di Iran, serta isu gender yang masih berkecamuk.

Namun terlepas dari itu semua, Habib Syakur mengingatkan bahwa memanasnya isu identitas agama secara global harus diwaspadai oleh Indonesia, karena dapat saja memberi angin segar bagi faham-faham radikal dan intoleran untuk masuk dan bermain.

"Mereka yang menyebarkan faham radikal, intoleran, dan isu khilafah masih menjadi ancaman bagi Indonesia. Jangan sampai memanasnya situasi Global kemudian membuat kita lengah dengan situasi di dalam negeri. Itulah makanya saya berharap pemerintah harus mendinginkan suasana dan menjaga hubungan diplomasi dengan negara sahabat, dan pada saat bersamaan kita tetap waspada terhadap ancaman radikalisme," tandas Habib Syakur.

KEYWORD :

Islamofobia Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :