Sabtu, 20/04/2024 07:25 WIB

Satu Butir Telur Sehari Cukup Atasi Anak Stunting

Stunting banyak terjadi di rentang usia 6 sampai 24 bulan atau 1.000 HPK, sehingga pentingnya mengubah mindset bahwa protein hewani itu harus dan tidak mahal untuk mengatasi stunting.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo pda acara Puncak Apresiasi Duta Genre dan Jambore Ajang Kreatifitas Remaja tingkat nasional 2022 di Yogyakarta, Minggu (21/8).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengajak seluruh keluarga di Indonesia untuk mengubah mindset atau pola pikir keluarga dalam menerapkan pola pengasuhan dan pola asupan makanan bergizi terutama bagi anak-anak pada fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

"Potensi (bayi) stunting itu sudah kelihatan nyata sejak lahir. Jika panjang badan lahir kurang dari standard (48 centimeter) sudah 23 persen (stunting). Masuk enam bulan, naik satu persen berarti kita masih bersama-sama harus menguatkan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif. Antara enam bulan ke atas harus mendapatkan makanan tambahan sampai usia 24 bulan. Sehingga semangat untuk isi piringku dan kampanye isi piringku dengan kaya protein menjadi penting. Satu butir telur sehari itu sudah bisa mengatasi stunting," kata Hasto dalam siaran resminya, Minggu (23/1).

Menurut Hasto, stunting banyak terjadi di rentang usia 6 sampai 24 bulan atau 1.000 HPK, sehingga pentingnya mengubah mindset bahwa protein hewani itu harus dan tidak mahal untuk mengatasi stunting.

Pentingnya protein hewani dalam menu sehari-hari bisa dikenalkan kepada keluarga, remaja yang akan menikah juga kepada stakeholder sebagai penyembung informasi ke masyarakat.

"Di beberapa daerah sudah menyiapkan menu-menu yang bisa dicontoh dan juga dengan menggunakan bahan pangan lokal yang sudah sangat mencukupi kebutuhan mikronutrient bagi balita terutama dalam 1.000 HPK. Dalam rangka Hari Gizi Nasional ke-63, Kampanye isi piringku ini penting dan sekaligus nanti sama-sama kita merubah pola makan yang masih perlu dikritisi dari sisi komposisi mikronutrientnya," ujar Hasto.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Keseharan, Endang Sumiwi mengatakan, peringatran Hari Gizi Nasional ini akan memfokuskan pada fase 1000 HPK untuk mencegah lahirnya anak stunting dan lebih fokus lagi pada tiga segmen masayarakat yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Tujuan fokus pada ibu hamil adalah untuk menurunkan angka stunting pada saat kelahiran sehingga perlu memberikan perhatian kecukupan gizi ibu hamil.

"Persoalan kesehatan dan gizi menjadi persoalan bersama, menurunkan stunting menjadi kewajiban bersama. Kami berharap semua pihak dapat mendukung dan mengkampanyekan konsumsi protein bersumber hewani untuk ibu hamil, ibu menyusui dan balita yang kebutuhannya berbeda dengan segmen masyarakat lain," kata Endang.

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) yang merupakan memorandum tahunan jatuh pada 25 Januari dengan tujuan untuk memupuk kepedulian masyarakat akan pentingnya memenuhi nutrisi sehat dan seimbang serta menciptakan produksi pangan berkelanjutan.

Tema Hari Gizi Nasional ke-63 Tahun 2023 ini adalah ‘Protein Hewani Cegah Stuinting’. Protein hewani seperti susu, daging, ikan dan telur terbukti mempunyai korelasi positif untuk menurunkan risiko stunting dan kekurangan gizi kronis.

Protein hewani memiliki keunikan dan manfaat yang sebagian besar sulit didapatkan oleh bahan pangan lain, misalnya asam amino, jenis vitamin dan mineral tertentu, dan asam lemak. Tergantung cara pengolahannya, nilai manfaat biologis protein hewani lebih bagus diserap tubuh.

Keunikan pangan hewani lainnya adalah membentuk hormon dan tulang, tulang keras (rawan), karena kaya akan kolagen dari asam amino, lemak, dan energi. Nutrisi-nutrisi ini amat sangat penting diperlukan bayi di bawah satu tahun dan akan lebih baik bila protein hewani dikonsumsi secara variatif.

Namun, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2002 menulis asupan protein di Indonesia secara umum masih terbilang rendah, bahkan penelitian dari Food and Agriculture Organization of United States menyebut Indonesia adalah salah satu negara dengan pengonsumsian daging dan susu terendah di dunia.

Maka daripada itu, dia menekankan pentingnya kerja sama semua pihak untuk dapat mencegah dan menurunkan stunting dalam upaya menyiapkan generasi unggul Indonesia di masa depan.

KEYWORD :

Satu Butir Telur Pencegahan Stunting BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :