Jum'at, 19/04/2024 07:53 WIB

Berbagai Catatan Dari Sektor Pertanian, Beras Melimpah dan NTP Naik Tinggi

Berdasarkan perkiraan sementara, stok beras nasional pada tahun ini mencapai 4,3 juta ton.

Ardiansyah, Pranata Humas Muda. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Jurnas.com - Beras Indonesia dalam kondisi melimpah, masyarakat tak perlu risau dengan kondisi saat ini. Sebab panen raya terus berlangsung di sejumlah daerah. Demikian kata banyak pakar, akademisi dan papan data BPS dalam memantau panen raya tahun ini dengan menggunakan KSA dan citra satelit standing crop.

Berdasarkan perkiraan sementara, stok beras nasional pada tahun ini mencapai 4,3 juta ton. Angka tersebut bisa saja terus bertambah seiring panen raya yang masih berlangsung dimana-mana. Artinya, stok sebanyak itu mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dalam negeri sampai beberapa bulan ke depan.

Melihat kondisi ini, penasehat Indonesia Fertilizer Research Institute atau IFRI, Gatot Irianto menilai penyerapan beras menjadi salah satu kegiatan yang wajib dilakukan Bulog untuk memotong rantai pasok dan meningkatkan nilai kesejahteraan mereka melalui harga pembelian yang bisa diterima petani.

Karena itu, kata Gatot, proses bisnis yang Bulog harus lebih ditingkatkan lagi menuju proses bisnis yang lebih modern. Dia ingin, pola bisnis Bulog melebihi pola bisnis yang dilakukan swasta saat ini. Menurutnya apabila model bisnis sudah modern maka harga yang diterima petani saat panen raya tidak akan dikendalikan tengkulak.

Gatot mengatakan, pola bisnis Bulog jangan sampai menimbulkan hommo hommini lupus alias siapa yang kuat dia yang dapat. Makanya Bulog harus memiliki riset yang jelas dan insentif ekonomi yang lebih kuat.

Sebagaimana diketahui, Indonesia selama tiga tahun berturut-turut sejak 2019 hingga 2021 konsisten memproduksi beras di angka 31,3 juta ton per tahun. Selama itu juga Indonesia sudah tidak mengimpor beras dari luar negeri. Penghargaan IRRI dan FAO adalah bukti swasembada yang langsung diterima Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu.

Dari sisi kesejahteraan, BPS pada 1 Januari lalu melaporkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) di 22 provinsi mengalami kenaikan tinggi. Sedangkan peningkatan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) terjadi di 25 provinsi. Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (it) naik 1,83 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (ib) 0,72 persen. Sementara indeks harga yang diterima petani naik 5,28 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani 0,67 persen.

Secara umum, BPS menyebut seluruh sektor pertanian mengalani kenaikan dan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani Indonesia. Secara rinci, subsektor hortikultura naik paling tinggi dengan angka 4,58 persen, disusul tanaman pangan 1,27 peraen, peternakan 0,51 persen dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,10 persen.

Dalam laporannya, BPS juga menyebut adanya kenaikan harga gabah baik di tingkat petani, eceran, grosir, maupun penggilingan. Kenaikan ini secara tidak langsung telah berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani di sejumlah daerah.

Harga gabah di tingkat petani pada bulan Desember 2022 meningkat sebesar 4,20 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/M-to-M) dan 17,83 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu (year on year/Y-on-Y). Sedangkan untuk harga beras eceran pada bulan Desember meningkat 2,30 persen (MtoM) dan 6,23 persen (Y-on-Y). Selama Desember, harga gabah di tingkat petani mencapai Rp5.624,00 per kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp5.748,00 per kg.

Guru Besar Universitas Hasanuddin, Rusnadi Padjung menilai faktor utama dari berbagai capaian selama ini adalah kecerdasan dari seorang Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mendorong peningkatan produksi nasional selama empat tahun terakhir. Salah satu buktinya dapat dilihat pada data yang dikeluarkan BPS mengenai NTP dan NTUP.

Menilik data BPS tahun lalu, kenaikan NTP terjadi sejak Oktober 2020 hingga Mei 2021. NTP bulan Okteber 2020 angkanya 102,25, kemudian pada bulan November mencapai 102,86, Desember 103,25, Januari 103,26, Februari 103,10, Maret 103,29, April 102,93 dan bulan Mei tahun 2022 mencapai 103,29 atau naik sebesar 0,44 persen.

Begitupun dengan curva NTUP pada Oktober 2020 mencapai 1002,42, lalu pada November mencaapi 103,28, Desember 104,00, Januari 104,01, Februari 103,72, Maret 103,87, April 103,55 dan Mei 104,04 atau naik 0,48 persen.

Bagi Rusnadi, kenaikan NTP jelas menunjukkan kesuksesan pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani di bawah komando SYL. Memang, SYL bukan hanya pekerja keras, tetapi memiliki tekad yang kuat dan strategi yang tepat dalam mewujudkan suatu program.

Pengalamannya sebagai pamong dan birokrat sukses pada hampir seluruh hidupnya membuat SYL memiliki keterampilan managerial yang efektif dan leadership yang handal dalam menyelesaiakan tugas tugas kepemerintahan.

Dari NTP, Kementan juga beberapa kali mendapat penghargaan luar biasa dari sejumlah lembaga negara. Yang terbaru, Kementan dianugrahi predikat kepatutan pelayanan publik tahun 2022 oleh Ombudsman RI atas capaian kinerja yang sangat memuaskan. kementan sendiri mendapat skor atau nilai cukup tinggi yaitu sebesar 94,24.

Sebagai informasi, penghargaan ini merupakan bagian dari hasil identifikasi kompetensi penyelenggaraan pelayanan publik yang sudah melalui proses panjang dalam menentukan kelayakan.

Secara umum, penilaian dilaksanakan dengan melibatkan jajaran Ombudsman RI tingkat pusat maupun tingkat perwakilan. Penilaian ini juga didasarkan pada kepatuhan yang dilaksanakan berasaskan prinsip integritas, keadilan dan kepatuhan nondiskriminasi. Dengan kata lain tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan dan kerahasiaan.

Dengan berbagai capaian ini, rasanya sudah tepat kalau kita mengatakan bahwa Pertanian Indonesia sudah melangkah lebih maju, mandiri dan modern. Pertanian hebat, pertanian kuat. (Ardiansyah/Pranata humas muda)

KEYWORD :

Kementerian Pertanian Beras Panen BPS Gatot Irianto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :