Kamis, 25/04/2024 18:39 WIB

Studi: Pandemi Covid-19 Picu Kesenjangan Hasil Belajar

Studi: Pandemi Covid-19 Picu Kesenjangan Hasil Belajar

Ilustrasi belajar dari rumah di depan komputer (Foto: Agsinger)

Jakarta, Jurnas.com - Sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemdikbudristek dan Program INOVASI, menyebut pandemi Covid-19 berkontribusi pada kesenjangan hasil belajar peserta didik.

Studi ini dimulai sejak 2020 dengan melibatkan 18.370 siswa kelas 1-3 SD dengan proporsi gender setara dari 612 sekolah yang dipilih secara acak. Mereka berasal dari 11 kabupaten INOVASI di Jawa Timur, Kalimantan Utara, NTB, dan NTT.

Untuk memberikan cakupan dan keseimbangan dalam seluruh aspek sistem pendidikan Indonesia, ditambahkan pula delapan kabupaten non-mitra INOVASI, yakni dari provinsi Jambi, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan dan Maluku Utara.

Direktur Program INOVASI, Mark Heyward mengatakan, temuan studi dilaporkan dalam tiga seri. Seri pertama menyoroti pengaruh pandemi Covid-19 terhadap literasi dan numerasi di Indonesia.

"Banyak siswa di Indonesia yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi. Padahal, siswa yang belum menguasai kemampuan dasar di jenjang tertentu akan semakin tertinggal di jenjang-jenjang berikutnya," terang Mark pada Selasa (6/12) dalam kegiatan Temu Inovasi ke-14 di Jakarta.

Kemudian, seri selanjutnya mengukur efektivitas Kurikulum Merdeka dalam mengatasi learning lost dan meningkatkan hasil belajar dalam literasi dan numerasi. Hasilnya, ada temuan terkait standar kurikulum nasional yang lebih tinggi dari laju kemampuan belajar siswa dan standar global.

"Untuk itu, reformasi kurikulum diperlukan karena kurikulum yang fokus terhadap kemampuan esensial berpotensi mengurangi menekan kehilangan hasil belajar (learning loss) selama pandemi," kata dia.

Adapun seri ketiga ialah studi dampak pandemi Covid-19 terhadap kelompok paling rentan di Indonesia. Ternyata, meski Covid-19 berdampak untuk semua siswa, namun siswa dari kelompok rentan cenderung palling terdampak. Sedangkan siswa dengan multikerentanan berpotensi memiliki hasil belajar lebih rendah.

"Siswa di pedesaan dan daerah terpencil lebih banyak yang memiliki performa literasi dan numerasi tingkat 1 sehingga tidak memenuhi tingkat keterampilan minimum dibandingkan dengan siswa di perkotaan," ujar Mark.

"Bagi kelompok siswa penyandang disabilitas, sebanyak 91 persen siswa laki-laki penyandang disabilitas di pedesaan tidak memenuhi tingkat keterampilan minimum, sementara jumlah siswa laki-laki penyandang disabilitas di perkotaan yang tidak memenuhi keterampilan minimum mencapai 82 persen," sambung dia.

Mark mengatakan, studi menyimpulkan bahwa kurikulum yang berfokus pada kemampuan esensial (literasi dan numerasi), berpotensi mengurangi learning loss. Selain itu, kurikulum yang berfokus pada materi esensial juga berpotensi untuk mengurangi ketimpangan hasil belajar bagi kelompok rentan.

"Karakter kurikulum yang berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa adalah kurikulum yang berfokus pada materi esensial dan memberikan ruang fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak," sambung dia.

Dalam kegiatan Temu Inovasi ke-14, Kepala BSKAP Anindito Aditomo mengatakan bahwa tujuan studi ini ialah agar semua anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk mendapat pengalaman dan kesempatan belajar yang sama, serta membangun kapasitas dan keterampilan-keterampilan dasar yang memampukan mereka untuk menjadi manusia mandiri di masa depan.

"Kecakapan adalah menjadi dasar kelulusan, tujuan pembelajaran. Konten adalah sarana. Yang penting dalam pendidikan adalah semua anak belajar dan menjadi mandiri," tutup Anindito.

KEYWORD :

Kesenjangan Hasil Belajar Program INOVASI Kemdikbudristek Covid-19




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :