Rabu, 24/04/2024 01:49 WIB

Isu Sara dan Radikalisme Picu Sentimen Negatif Pasar Modal

Fluktuasi dari perkembangan indeks harga saham dan pergerakan arus modal memperlihatkan adanya kaitan langsung dengan isu SARA dan aksi-aksi Radikalisme.

Ilustrasi

Jakarta - Staf Menteri Kordinator Perekonomian Bobby Harafinus mengatakan isu Sara (suku, agama, ras dan antargolongan) dan aksi radikalisme yang meningkat saat ini secara signifikan berpengaruh pada melemahnya sejumlah sisi ekonomi. Menurutnya, dua hal tersebut dengan sistematis memicu sentimen negatif pada aspek pasar modal dan keuangan. 

"Kalo kita lihat dalam perjalanan tahun 2016, maka ada beberapa indikator yang memang terkait dengan isu SARA dan aksi radikalisme ini. Terutama yang kami perhatikan lebih pada masalah keuangan. Kalo kita lihat dimulai dari terjadinya bom di seputaran kawasan Thamrin (Jakarta), juga yang ada demo di bulan November dan Desember, maka indikator yang mencolok adalah indikator pasar modal dan pasar keuangan," ujar Bobby saat menjadi pembicara pada diskusi bertema SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi Indonesia yang digelar DPP PKB di Finance Hall, Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin (23/1/2017). 

Bobby mengatakan fluktuasi dari perkembangan indeks harga saham dan pergerakan arus modal memperlihatkan adanya kaitan langsung dengan isu SARA dan aksi-aksi Radikalisme.  "Jadi kami melihat sara dan radikalisme ini mengacu pada sentimen di tingkat pasar modal dan keuangan belum masuk kepada permformance yang ada di perekonomian secara umum," ucapnya.

Bobby mengakui adanya gejala perlambatan ekonomi Indonesia saat ini. Hanya saja, kata dia, indikatornya tidak dipengaruhi faktor peristiwa dalam negeri. "Jadi tadi kalo mbak Hera (moderator diskusi) mengatakan perlambatan terjadi,  adalah merupakan fenomena global. Kalo kita memang belum bisa beranjak dari 5 persen. Karena secara global saat ini kecenderungannya melambat. Itu yang saya lihat," tutur dia.

KEYWORD :

Isu Sara Radikalisme Pasar Saham




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :