Kamis, 18/04/2024 20:47 WIB

Bank HSBC Dituding Greenpeace Danai Kerusakan Hutan Indonesia

Bank HSBC mengucurkan dana hingga 16,3 miliar dollar Amerika atau setara kisaran Rp214 triliun untuk enam perusahaan.

Ilustrasi Bank HSBC

Jakarta - Kehancuran hutan Indonesia selama ini, ternyata ada peran dari Bank HSBC yang mengucurkan dana hingga 16,3 miliar dollar Amerika atau setara kisaran Rp214 triliun untuk enam perusahaan.

Angka itu berdasarkan laporan terbaru Greenpeace. Bank HSBC sebagai salah satu penyedia jasa keuangan terbesar dunia ini, juga dilaporkan sekitar 2 miliar dollar Amerika atau setara Rp26 triliun mengucurkan dalam bentuk obligasi korporat.

Laporan Greenpeace yang dilansir BBC Indonesia  menyebutkan, enam perusahaan sawit yang dilaporkan Greenpeace telah menerima pendanaan dari HSBC, adalah Bumitama Agri Ltd., Goodhope Asia Holdings Ltd., IOI Group, Noble Group, Posco Daewoo Corporation dan Salim Group (Indofood).

Bumitama Agri adalah perusahaan sawit Indonesia yang telah terdaftar di bursa efek Singapura. Menurut Greenpeace, HBBC mengucurkan dua pinjaman untuk Bumitama pada tahun 2012 dan 2013 dengan total $190 juta (Rp2,5 triliun).

HSBC menjadi bagian dari konsorsium perbankan yang memberikan tiga pinjaman kepada Goodhope Asia pada 2014 dengan nilai total $400 juta (Rp5,2 triliun).

Kemudian IOI group, perusahaan kelapa sawit terbesar ketiga di dunia, dibantu HSBC pada 2012 untuk menerbitkan obligasi korporat dengan nilai total $600 juta (Rp7,9 triliun).

HSBC memberi kredit untuk Noble Group dengan nilai total hampir mencapai $3,9 milyar (Rp51 triliun) dari tahun 2013 hingga 2016.

Menurut Greenpeace, HSBC juga mengatur enam unit pinjaman (lima di antaranya pada 2012, satu pinjaman pada 2013) kepada berbagai divisi POSCO Daewoo, perusahaan multinasional Korea Selatan.

Dan juga dilaporkan, HSBC membantu mengatur dua buah pinjaman senilai $360 juta (Rp4,7 triliun) pada 2013 dan 2014 untuk perusahaan-perusahaan dalam Salim Group, mereka menyumbang sedikitnya $40 juta (Rp526 miliar).

Keenam perusahaan ini dilaporkan melakukan deforestasi, mengeringkan lahan gambut, merampas lahan rakyat dan membasmi orang utan.

Juru bicara Greenpeace Indonesia Annisa Rahmawati mengatakan titik-titik api yang masih terjadi saat ini ditengarai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mendapat pendanaan dari penyedia jasa keuangan seperti HSBC.

"Perusahaan-perusahaan yang nakal dan yang merusak hutan ini masih bisa beroperasi karena masih ada dana yang disediakan untuk mereka. Jadi kita mau HSBC menghentikan pendanaan terhadap perusahaan-perusahaan ini karena kita melihat dalam kebijakan HSBC, yang termasuk katanya cukup progresif, dia tidak mendanai deforestasi nyatanya mereka mendanai", kata Annisa.

HSBC, dilansir BBC Indonesia  dalam pernyataan persnya mengatakan bahwa mereka mengapresiasi masukan yang diberikan Greenpeace agar konsisten dengan kebijakan komoditas agrikultur dan pertanian namun tidak dapat mengkonfirmasi keterkaitan dengan enam perusahaan yang disebutkan Greenpeace.

"Kerahasiaan nasabah membatasi kami berkomentar untuk perusahaan-perusahaan tertentu. Kami menyadari ini dapat membuat frustasi namun begitupun para pemegang saham jika informasi diberikan ke publik seperti yang kami pahami", petikan pernyataan pers dari HSBC.

Namun Annisa menyayangkan tanggapan HSBC tersebut. "Tidak gentleman sekali,  karena mereka sepertinya underestimate kekuatan mereka atau mereka hanya melihat laba", kata Annisa.

KEYWORD :

Kerusakan Hutan Bank HSBC




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :