Sabtu, 20/04/2024 08:01 WIB

Percepat Penurunan Stunting, BKKBN Teken MoU dengan Perusahaan Swasta dan Organisasi Filantropi

Percepat penurunan stunting, BKKBN teken MoU dengan perusahaan swasta dan organisasi filantropi.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama organisasi filantropi dan sejumlah perusahaan swasta bekerja sama untuk menekan prevalensi stunting yang ditargetkan turun 14 persen pada tahun 2024.

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama organisasi filantropi dan sejumlah perusahaan swasta bekerja sama untuk menekan prevalensi stunting yang ditargetkan turun 14 persen pada tahun 2024.

Organisasi filantropi dan perusahaan swasta tersebut meliputi Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia, Tbk., serta pemerintah Amerika Serikat (AS), melalui United States Agency for International Development (USAID).

Kerja sama ini diikat dalam MoU untuk yang ditandatangani Mission Director USAID, Jeffery P. Cohen, Head of ECED Tanoto Foundation Eddy Henry, Kepala Departemen Dampak Sosial PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Priyo Prasetyo Pramono, Direktur Yayasan Bakti Barito Dian Anis Purbasari dan Executive Vice President PT Bank Central Asia,Tbk. Hera F. Haryn, di Kantor Pusat BKKBN, Jumat (23/9).

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo yang ikut menyaksikan MoU tersebut mengatakan, masalah kesehatan erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dalam hal ini indikator terdekatnya adalah stunting.

"Kemudian akhir-akhir ini indikator baru human capital indeks juga menjadi perhatian serius, karena baik di dalam human development indeks maupun human capital indeks unsur kualitas SDM menjadi fokus of interest kita semua," sambung Hasto.

Hasto menjelaskan, stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan karena dampaknya adalah kemampuan intelektual yang di bawah standar. Hal tersebut akan menjadi masalah besar ketika Indonesia tengah menikmati manisnya bonus demografi, tetapi di sisi lain prevalensi stunting masih diangka 24,4 persen.

Karena itu, Hasto mengucapkan terima kasih kepada pihak swasta yang membantu BKKBN dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dari hulu hingga hilir di antaranya intervensi prevalensi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan kepada anak-anak Indonesia.

Mantan pun berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih, air dan sanitasi yang bagus menjadi penting disamping rumah yang layak huni.

"Ternyata kita semua suboptimal health education dan pengetahuan kita ini ternyata sangat kurang. Kalau kita itu buang air besar sembarangan akan ada bakteri Ecoli yang sangat serius membuat diare, yang membuat berat badan tidak naik meskipun makan banyak. Kalau tiga bulan berat badan tidak naik maka tinggi badan juga tidak naik," ujarnya.

Ia menambahkan, BKKBN siap memberikan sumber data yang valid kepada seluruh mitranya mengenai rumah tidak layak huni, keluarga berisiko tinggi stunting hingga keluarga yang tidak memiliki sanitasi dan air bersih by name by address.

BKKBN, kata Hasto, sudah teruji untuk mengubah perilaku masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan program dua anak cukup sehingga terciptanya gerakan masyarakat ke Puskemas untuk melakukan kegiatan Keluarga Berencana.

Hasto optimistis dengan bergeraknya seluruh komponen bangsa dapat menekan prevalensi stunting, terutama di 12 Provinsi prioritas percepatan penurunan stunting yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara.

"Banyak sekali mitra-mitra lain yang sudah bergabung dan nanti juga bersama-sama Tanoto, USAID. Kita ambil contoh seperti 1000 days foundation juga sudah bergerak yang kemudian secara bersamaan juga bersama Tanoto Foundation untuk kemudian memasang poster tentang stunting di setiap rumah di provinsi-provinsi tertentu yang menjadi prioritas. Untuk itu saya kira itu menjadi bagian edukasi yang penting,” tuturnya.

Sementara itu, Henry mengatakan bahwa pihaknya sangat senang bisa berkolaborasi dengan BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Eddy menyebut, BKKBN dengan tangan terbuka memberikan masukan kepada Tanoto Foundation untuk memberikan arahan dan edukasi terkait program-program stunting. Oleh karena itu pihaknya mengucapkan banyak terima kasih.

"Sehingga hari ini kita semakin percaya diri dalam melakukan projek ini. Target 14 perse. tinggal dua tahun lagi, kami harapkan kerjasama ini bisa segera kami lakukan tidak hanya di nasional tapi di provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa yang membutuhkan program ini," kata Eddy.

Senada dengan Eddy, Jeffery  menyambut baik bergabungnya para mitra BKKBN dalam percepatan penurunan stunting. Menurutnya, program stunting tidak akan bisa berjalan jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja.

Namun, melalui sinergi dan bantuan dari pihak swasta maka program percepatan penurunan stunting akan bisa mencapai target 14 persen pada 2024 mendatang.

"Saya berharap dapat memperluas kemitraan. Saya tidak sabar Indonesia menuju kemandirian. Kami menghormati mitra sektor swasta tidak hanya bisnis tapi perubahan sosial bagi masyarakat," ujar Jeffery.

Hera  menambahkan, pihaknya optimis bahwa upaya pengentasan stunting dan gizi buruk membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. Untuk itu, BCA berkomitmen menjalin upaya kolaboratif untuk berperan serta guna mendukung upaya pemerintah tersebut sebagai tanggung jawab bersama.

Selain itu, BCA juga mendukung salah satu program BKKBN yaitu memberikan layanan subsidi kepada lebih dari 21.000 pasien KB di dua Klinik Binaan BCA yaitu Praktek Dokter Duri Utara dan Klinik Bakti Medika yang berjalan sejak 2012 hingga saat ini.

"Kami telah melakukan beragam kegiatan edukasi tentang makanan sehat dan kesehatan diri di 17 sekolah untuk lebih dari 3.000 pelajar usia dini. Kami berharap, semoga kolaborasi ini dapat mempercepat Indonesia membangun kapasitas kelembagaan dan tata kelola untuk mengurangi stunting melalui intervensi gizi yang lebih baik," ujar Hera.

Dian dalam kesempatan itu mengatakan, pihaknya berharap kolaborasi bersama mitra dari sektor swasta dengan USAID dan BKKBN ini akan menghasilkan solusi nyata yang dapat diimplementasikan dan memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan nutrisi yang diperlukan sedini mungkin, serta tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang baik dan suportif adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan berkelanjutan.

"Kami bangga menjadi bagian dari Program PASTI, untuk membantu mengatasi stunting melalui program strategis seperti antara lain penyediaan nutrisi, pembangunan kapasitas serta mendorong perubahan perilaku sosial ke arah yang lebih baik lagi," ucap Dian.

Terakhir, Priyo menambahkan, pihaknya turut mendukung upaya mengatasi stunting untuk membangun masa depan Indonesia dengan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan berdaya saing.

Priyo menuturkan, kemitraan ini selaras dengan visi AMMAN untuk menciptakan warisan terbaik tidak hanya dalam aspek operasional, melainkan juga dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

"Kemitraan yang dijalin dengan penandatanganan MoU ini merupakan upaya proaktif AMMAN untuk memperluas dampak sosialnya dengan berkolaborasi dengan organisasi dan institusi dengan visi yang serupa. Sebagai perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia yang mengoperasikan tambang Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), AMMAN juga sebelumnya telah menginisiasi program pencegahan stunting di KSB bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk periode tiga tahun," jelas Priyo.

Tidak hanya soal stunting, MoU antara USAID dan Tanoto Foundation, AMMAN, Yayasan Bakti Barito, dan BCA ini juga berkontribusi pada tujuan Strategi Kerjasama Pembangunan Negara AS - Indonesia 2020-2025, dan Strategi Multi Sektoral USAID untuk Gizi dan Pencegahan Kematian Ibu dan Anak 2014-2025.

KEYWORD :

Percepatan Penurunan Stunting Perusahaan Swasta Organisasi Filantropi Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :