Sabtu, 20/04/2024 19:55 WIB

Pupuk Mahal, Kementerian Pertanian Dorong Penggunaan Pupuk Hayati

Pupuk mahal, Kementerian Pertanian dorong penggunaan pupuk hayati.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani menggunakan pupuk hayati atau pupuk organik di tengah mahalnya harga pupuk dan keterbatasan jumlah pupuk subsidi.

"Belum lagi bahan baku pupuk seperti gugus fosfat yang sebagian besar dikirim dari Ukraina dan Rusia tersendat karena perang keduanya. Jadi yang tidak dapat pupuk subsidi segeralah menghadirkan pupuk organik. Minimal setiap Kabupaten harus jadi percontohan dan tidak mengandalkan bantuan pemerintah pusat," ujar Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo.

Lebih lanjut Mentan mengatakan sebagai gambaran, kebutuhan pupuk nasional mencapai 24 juta ton. Sementara yang tersedia saat ini hanya sembilan juta ton. Dari sekian banyaknya pupuk, bahan utamanya merupakan unsur fosfat yang sebagian besar dari Rusia Ukraina.

"Pupuk ini memang bukan langka tapi kurang. Oleh karena itu, kita harus bekerja lebih dan semakin berinovasi. Jadi kita harus cepat dan cermat terhadap berbagai masalah," jelas Mentan.

Sejalan dengan hal tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPPP) volume 34, yang mengangkat tema Pupuk Mahal Ini Solusinya, Jakarta, pada Jumat (9/9).

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi yang menjadi narasumber acara tersebut mengatakan, kenaikan harga bahan baku pupuk di tingkat internasional juga berdampak pada peningkatan pupuk di dalam negeri.

Terkait pupuk, pasti terkait kebutuhan makhluk hidup, seluruh makhluk hidup butuh oksigen dan harus selalu ada. Kebutuhan makhluk selanjutnya adalah nutrisi/makanan, semua perlu makanan, makanan manusia disebut pangan, makanannya disebut unsur hara. Jadi pangannya untuk tanaman itu unsur hara, haranya untuk manusia adalah bahan pangan. Kebutuhan makhluk hidup yang lain yaitu tempat tinggal.

"Solusi pupuk mahal yaitu kita harus tingkatkan efisiensi pemupukan dengan pemupukan berimbang, gunakan pupuk organik (kompos), gunakan pupuk hayati (Mikro Organisme Lokal) merupakan dan gunakan pembenah tanah (biochar/arang)," jelas Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan tentang pemupukan berimbang yaitu pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kesuburan tanah agar terjadi keseimbangan hara di dala tanah sehingga tercapai favorable (kondusif) untuk pertumbuhan tanah.

"Diperlukan lima tepat dalam penggunaan pupuk yaitu tepat jenis dalam menentukan jenis pupuk, tepat dosis sesuai sesuai dengan status hara tanah, tepat waktu dengan disesuaikan kapan tanaman membutuhkan asupan, tepat bentuk dengan formula sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman, tepat cara pada saat pemupukan," ujar Dedi.

Pada agenda MSPP Dedi juga memaparkan bagaimana melakukan pengujian tanah melalui alat perangkat PUP (Perangkat Uji Pupuk) untuk menguji apakah pupuk tersebut asli atau tidak. PUTR (Perangkat Uji Tanah Rawa) khusus untuk tanah rawa. PUPO (Perangkat Uji Pupuk Organik) alat bantu Analisa kimia pupuk organic secara cepat. Soil sensor untuk melihat kadar hara di dalam tanah.

"Kepada para penyuluh pertanian ayo kita gunakan pupuk organik dan hayati sebagai solusi dari pupuk yang mahal," pungkas Dedi.

KEYWORD :

Pupuk Mahal Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi Pupuk Hayati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :