Jum'at, 26/04/2024 06:46 WIB

HNW: Pemuda Muslim Tidak Boleh Tercerabut dari Akar Sejarah Bangsa

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah satu fakta tentang anak-anak muda yang menorehkan akar sejarah untuk Indonesia Merdeka.

Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menerima audiensi Panitia Konsolidasi Nasional dari Pengurus Garuda Keadilan Pusat, di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (5/9/2022). (Foto: Humas MPR)

Jakarta, Jurnas.com - Momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, akan dimanfaatkan oleh Garuda Keadilan dengan menyelenggarakan Konsolidasi Nasional (Konsolnas) yang berlangsung 25-30 Oktober 2022 di Jakarta. Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, memberikan apresiasi dan dukungan penyelenggaraan Konsolnas Garuda Keadilan.

Dengan mengambil momentum Sumpah Pemuda, kata Hidayat, menunjukkan bahwa anak-anak muda Garuda Keadilan, generasi milenial yang merupakan sayap muda dari Partai Keadilan Sejahtera, tidak tercerabut dari akar sejarah bangsa bahkan ingin memaknai sejarah bangsa, menjaganya, dan terus menjadikannya sebagai spirit untuk peran serta generasi milenial mengisi dan mensyukuri kemerdekaan Indonesia.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah satu fakta tentang anak-anak muda yang menorehkan akar sejarah untuk Indonesia Merdeka. Ada akar sejarah Islam dalam Sumpah Pemuda. Karena faktanya, Sumpah Pemuda tidak hanya diikuti Jong Batak, Jong Celebes, Jong Java, Jong Ambon, Pemuda Betawi, tapi juga ada Jong Islamieten Bond,” kata Hidayat Nur Wahid saat menerima audiensi Panitia Konsolidasi Nasional dari Pengurus Garuda Keadilan Pusat, di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (5/9/2022).

HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid, menjelaskan bahwa sejak awal pemuda muslim terlibat bersama kaum muda lainnya, untuk memperjuangkan dan menyepakati tonggak-tonggak Indonesia merdeka. Seperti Jong Islamieten Bond yang terlibat langsung dalam peristiwa Sumpah Pemuda.

Dan itu berlanjut, saat perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemuda muslim terlibat langsung bersama yang lainnya dengan tergabung dalam laskar Santri, laskar Sabilillah, Laskar Hizbullah. Bahkan Bung Tomo, anak muda dalam peristiwa 10 Nopember, bukan hanya memekikkan “Merdeka” tetapi juga “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar”.

“Kesadaran sejarah ini penting untuk dihayati oleh generasi muda, generasi milenial, yang merupakan mayoritas penduduk pelanjut mengisi kemerdekaan Indonesia. Demikian juga untuk generasi muda millenial Muslim, untuk menegaskan dan memberikan satu pemahaman dan alternatif aktifitas bahwa aktif sebagai generasi muda muslim bersama generasi muda dari komunitas manapun, bukanlah hal yang tabu maupun aneh. Justru begitulah kiprahnya generasi muda muslim dalam sejarah Indonesia,” ujar HNW.

Dengan fakta sejarah itu, lanjut Hidayat, kesan dan salah paham bahwa generasi muda Islam artinya radikalisme, anti-Indonesia, akan terkoreksi. “Supaya selalu terbukti juga bahwa tidak ada jarak antara Keislaman dan keIndonesiaan. Agar terkoreksilah apa yang sering saya menyebutnya sebagai Islamphobia dan Indonesiaphobia,” tuturnya.

Menurut HNW, koreksi bisa dilakukan selain dengan wacana, juga dengan aksi nyata seperti kegiatan konsolidasi nasional yang akan dilakukan oleh generasi muda yang terhimpun dalam Garuda Keadilan. “Karena mengambil momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, maka kegiatan Konsolidasi Nasional ini merupakan pembuktian bahwa Garuda Keadilan bagian dari generasi muda bangsa, dan akan melanjutkan peran sejarahnya untuk jaya rayanya bangsa Indonesia bersama generasi mereka; generasi millenial, Y maupun Z,” jelasnya.

Karenanya, dalam kesempatan itu, HNW juga mengajak komunitas anak muda ini untuk tidak alergi politik, bahkan mulai terlibat dalam kegiatan politik. Karena secara statistik, 60% pemilih pada Pemilu 2024 adalah generasi milenial, Y dan Z yang berusia antara 17-39 tahun. “Agar mereka sudah mulai memikirkan dan merancang soal nasib mereka di masa yang akan datang bersama NKRI. Dan itu tidak mungkin terlepas dari faktor politik. Dan sebagaimana dicontohkan oleh Jong Islamieten Bond, politik tidak serta merta kotor.

Politik akan kotor kalau orang-orang yang bersih atau mau membersihkan malah tidak mau masuk. Politik menjadi kotor bila kita membiarkan yang kotor menjadi dominan. Maka sangat penting keterlibatan generasi millenial yang punya integritas dan cita-cita yang mulia untuk mulai aktif berkontribusi hadirkan politik bersih, untuk menyelamatkan masa depan mereka di Indonesia.

Politik adalah seni tentang politik yang baik oleh aktor-aktor yang bersih dan berkualitas, terbukti bisa dan perlu dilakukan. Dan itu sangat dipentingkan untuk kehidupan generasi mereka di masa yang akan datang,” imbuh HNW.

Dalam pertemuan dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Presiden Garuda Keadilan, Musthafa Faruq mengungkapkan Konsolidasi Nasional ini mengumpulkan pengurus Garuda Keadilan se-Indonesia untuk bertemu. Bersamaan dengan Konsolnas yang berlangsung pada 25-30 Oktober 2022 ini ada agenda kegiatan Muda Fest dan kompetisi E-Sport yang digelar pada 28 Oktober 2022 sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda.

“Konsolidasi diikuti pengurus Garuda Keadilan dari 34 provinsi di Indonesia. Dalam rangkaian Konsolnas, ada kegiatan Muda Fest, supaya nafas mudanya terasa, Dalam Muda Fest ini, memperingati Hari Sumpah Pemuda ada kegiatan kompetisi Mobil Legend, e-sport yang banyak dimainkan generasi milenial,” katanya.

Selain itu, tambah Musthafa Faruq, peserta Konsolnas Garuda Keadilan juga berkesempatan silaturahmi kebangsaan bertemu dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh nasional yang bisa menjadi inspirator dan dinamisator anak-anak muda di Garuda Keadilan, diantaranya Wakil Ketua MPR, yang juga Wakil Ketua Majlis Syura PKS, yang menyanggupi untuk menghadiri.

KEYWORD :

Kinerja MPR Hidayat Nur Wahid Garuda Keadilan Konsolnas Sumpah Pemuda




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :