Kamis, 25/04/2024 19:56 WIB

Kepala BKKBN Jelaskan Tiga Faktor Penyebab Stunting

Kepala BKKBN Jelaskan Tiga Faktor Penyebab Stunting

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo . (Foto: Humas BKKBN)

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menjelaskan, ada tiga faktor yang menyebabkan anak menjadi stunting.

"Stunting disebabkan oleh tiga faktor," jelas Hasto saat membuka pertemuan koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2022, yang digelar dua hari di Hotel Rattan Inn.

Ia menjelaskan, faktor pertama yang menyebabkan stunting yaitu suboptimal health atau kurang optimalnya kesehatan karena lingkungan yang tidak bersih dan sehat. Ia juga menambahkan, ada dua faktor yang mempercepat penurunan stunting, yaitu faktor sensitif dan spesifik.

"Faktor sensitifnya itu lingkungan yang bersih dan sehat, jambannya baik, airnya baik tidak tercemar oleh sampah dan pengaruhnya itu (faktor sensitif) 70 persen dalam mencegahan stunting," jelasnya.

Faktor stunting yang kedua adalah suboptimal nutrition atau tidak optimalnya nutrisi. Anak yang stunting, umumnya tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya terutama kebutuhan akan protein.

"Yang mencegah stunting itu adalah protein. Dan kalau pun terpaksa harus makan mie, ya nggak apa-apa, tapi harus ditambahkan protein seperti telur dan ikan," kata dr. Hasto.

Faktor stunting terakhir adalah suboptimal parenting atau pola asuh yang kurang tepat. Orang tua kerap kali egois dalam mendidik anak dengan menyamakan apa yang mereka telah alami dengan apa yang seharusnya anaknya alami di masa sekarang.

"Anak harus digembirakan dan orang tua tidak boleh egois memperlakukan anaknya. Orang tua pedomannya didiklah anak cucumu sesuai dengan zamannya karena dia tidak dilahirkan di jamanmu," tuturnya.

Ia juga menyampaikan  sumber data yang digunakan dalam mengukur kasus stunting, yaitu meliputi Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), serta Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Terkhusus SSGI tahun 2022 yang akan diselenggarakan pada September-Oktober ini, ia berpesan agar dikawal dengan baik dan teliti, sehingga didapatkan hasil yang akurat. "Kita berharap jangan sampai ada salah pengukuran, sehingga ukuran yang dicek Pak Wagub bisa cocok," katanya.

Hal tersebut disampaikan Hasto setelah mendapat laporan dari Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, H Muhidin, yang telah melakukan pengecekan dan pengukuran langsung ke Posyandu di daerah.

Muhidin mengatakan Berdasarkan data, Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, angka stunting nasional sebesar 27,67 persen. sedangkan proporsi balita stunting di Kalimantan Selatan sebanyak 31,75 persen.

Kemudian, data SSGI tahun 2021 sebesar 24,4 persen, sedangkan balita stunting di Kalimantan Selatan masih melebihi angka nasional, yaitu sebesar 30 persen.

Padahal melalui metode e-PPGBM tahun 2022, angka stunting di kalsel sudah mencapai 10.5 persen, dengan survei data dari Januari hingga sekarang sudah mencapai 80 persen.

"Kita melakukan pendataan dengan e-PGBM sejak Januari. Hasilnya, sampai saat ini sudah mencapai 10,5 persen stunting," jelasnya.

KEYWORD :

Penyebab Stunting Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Kalimantan Selatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :