Selasa, 23/04/2024 13:48 WIB

Utusan PBB Janji Tak Kunjungi Myanmar hingga Diizinkan Bertemu Aung San Suu Kyi

Utusan PBB janji tak kunjungi Myanmar hingga diizinkan bertemu Aung San Suu Kyi.

Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer, berjalan dengan pejabat tinggi setelah kedatangannya di Yangon untuk kunjungan pertamanya pada 16 Agustus 2022. (Foto: Tim Informasi Militer Myanmar/AFP)

JAKARTA, Jurnas.com - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk MyanmarNoeleen Heyzer berjanji tidak akan mengunjungi negara itu lagi kecuali jika dia diizinkan untuk bertemu dengan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi.

"Jika saya mengunjungi Myanmar lagi, itu hanya jika saya dapat bertemu dengan Daw Aung San Suu Kyi," katanya dalam sebuah seminar di lembaga think-tank yang berbasis di Singapura, ISEAS-Yusof Ishak Institute, menggunakan gelar kehormatan Burma untuk Suu. Ki.

Heyzer menambahkan "tidak ada jalan yang jelas" keluar dari krisis Myanmar dan memperingatkan "malapetaka multidimensi" jika masyarakat internasional gagal menengahi upaya menuju perdamaian di negara itu.

Upaya diplomatik untuk menyelesaikan kebuntuan berdarah Myanmar yang dipimpin oleh PBB dan blok regional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah membuat sedikit kemajuan, dengan para jenderal menolak untuk terlibat dengan lawan.

Heyzer bertemu dengan para pemimpin senior junta di ibukota bulan lalu selama kunjungan pertamanya, 10 bulan setelah pengangkatannya. Perjalanan itu menuai kritik baik dari junta maupun lawan militer.

Ia tidak diberi akses untuk menahan tokoh demokrasi Suu Kyi, yang telah dijatuhi hukuman total dua dekade penjara.

Utusan PBB itu kemudian membuat kesal para pejabat junta yang menuduhnya mengeluarkan pernyataan sepihak tentang apa yang telah dibahas. Heyzer telah menyerukan segera diakhirinya kekerasan dan pembebasan semua tahanan politik, kata kantornya saat itu.

Lebih dari 2.200 orang telah tewas dan lebih dari 15.000 ditangkap dalam tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat sejak merebut kekuasaan pada Februari 2021, menurut sebuah kelompok hak asasi lokal.

Beberapa hari setelah kunjungan Heyzer, puluhan kelompok masyarakat sipil Myanmar menolak perjalanannya sebagai bukti terbaru dari ketidakefektifan sejarah utusan PBB, dan mengkritik pertemuannya dengan kepala junta Min Aung Hlaing.

Mereka juga menyerukan agar mandatnya dihentikan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk campur tangan secara pribadi dalam krisis tersebut.

 

Pada bulan Juli, junta memicu kecaman internasional baru ketika mengeksekusi Phyo Zeya Thaw, mantan anggota parlemen dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi, karena pelanggaran di bawah undang-undang anti-terorisme.

Sebagai tanggapan, Dewan Keamanan PBB, termasuk sekutu junta Rusia dan China, mengeluarkan kecaman yang jarang terjadi terhadap junta.

Guterres menunjuk Heyzer, seorang sosiolog Singapura, tahun lalu. Dia menggantikan diplomat Swiss Christine Schraner Burgener, yang dilarang oleh para pemimpin militer untuk mengunjungi negara tempat dia juga berharap untuk bertemu dengan Suu Kyi.

Menteri luar negeri Kamboja dan utusan ASEAN untuk Myanmar Prak Sokhonn telah mengunjungi Myanmar dua kali tetapi kedua kali militer menolak kunjungannya dengan Suu Kyi.

Sumber: AFP

KEYWORD :

Myanmar Noeleen Heyzer Junta Myanmar Utusan PBB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :