Jum'at, 19/04/2024 21:32 WIB

Cegah Stroke, Hipertensi merusak otak!

Cegah Stroke, Hipertensi merusak otak!

Paparan dr. Eka Harmeiwaty, Dokter Spesialis Saraf mengenai hipertensi

Jakarta, Jurnas.com – Hipertensi dapat menyebabkan gumpalan darah otak mengeras dan aliran darah menuju otak terhambat sehingga memicu terjadinya stroke, mulai dari skala ringan (Transient Ischaemic Attack / TIA) sampai stroke berat yang bisa menyebabkan kecacatan menetap / mengancam jiwa, terutama jika Hipertensi tidak ditangani.

Maka, mengelola hipertensi dengan baik sangat dibutuhkan untuk dapat mencegah terjadinya Stroke tersebut. Masyarakat dihimbau untuk mengenali dan mengendalikan tekanan darah sendiri untuk menghindari penyakit berbahaya yang tidak diinginkan.

Dr. Eka Harmeiwaty, Dokter Spesialis Saraf menjelaskan, “Hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian stroke. Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko Stroke 10% pada orang dewasa.”

Hipertensi sendiri merupakan penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan. Jika tekanan darah seseorang sudah mencapai target bukan berarti dia sembuh, tapi terkontrol. Kalau sudah terkontrol maka diharapkan bisa menghindari komplikasinya, salah satunya kerusakan otak seperti Stroke.

Sayangnya, banyak orang tidak mengetahui bahwa dirinya telah menderita tekanan darah tinggi karena seringkali tidak adanya gejala. Sering sekali seseorang terserang Stroke tiba-tiba karena hipertensinya, tetapi si penderita tidak pernah tahu bahwa dirinya memiliki hipertensi. Oleh karenanya, hipertensi sering disebut sebagai pembunuh senyap atau “silent killer”.

Dr. Eka menambahkan, langkah paling awal untuk mencegah Stroke adalah mengendalikan tekanan darah. Selain untuk pencegahan primer Stroke, penurunan tekanan darah juga penting mencegah berulangnya Stroke.

“Maka pertama-tama, perlu diperhatikan faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi itu sendiri, seperti usia, obesitas, makanan yang terlalu mengandung garam dan sedikit kalium, kurangnya berolahraga, merokok dan konsumsi alkohol, hingga stress. Faktor risiko tersebut mampu membuat tekanan darah tidak stabil. Saat ini, ada dua faktor risiko tambahan yang juga perlu diperhatikan seperti udara dingin dan polusi udara,” tutur dr. Eka.

Terkait pengobatan Hipertensi untuk mencegah Stroke, selain pencegahan primer, pencegahan sekunder juga tidak kalah penting. Penelitian acak terkendali (Randomized Controlled Trial / RCT) menunjukkan bahwa pengobatan dengan obat anti-hipertensi dapat menurunkan risiko Stroke hingga 32%.

Beberapa golongan obat dimasukkan sebagai lini pertama yaitu golongan Calcium-channel blockers (CCB), Anti Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensinogen Receptor Blocker (ARB) dan beta blocker.

Dr. Eka menjelaskan, “Selain efektivitas dan keamanan obat, saat memilih obat juga perlu mempertimbangkan kestabilan dosis obat dalam darah yang dapat mempertahankan tekanan darah dalam 24 jam, sehingga frekuensi pemberian obat bisa dikurangi. Golongan CCB bekerja dengan mengurangi kekakuan dinding pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah arteri melebar. Golongan CCB adalah obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia karena efektivitas dan keamanannya.”

Dr. Gunawan Purdianto, Medical Affairs Divisi Pharmaceuticals Bayer Indonesia mengatakan  bahwa Bayer berkomitmen terhadap kesehatan pasien dengan terus berupaya menyediakan akses yang luas bagi pengobatan Hipertensi bagi seluruh masyarakat Indonesia, salah satunya dengan ketersediaan obat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan regular.

KEYWORD :

Kesehatan Stroke Hipertensi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :