Jum'at, 19/04/2024 14:28 WIB

Atasi Krisis Pangan, Kementan Dorong Diversifikasi Pangan Lokal

Atasi krisis pangan, Kementan dorong diversifikasi pangan lokal

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong diversifikasi pangan lokal dalam menghadapi krisis pangan yang disebakan oleh pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan perang Rusia dan Ukraina.

Hal ini kembali disinggung pada agenda Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan volume 33, di AOR Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertania (BPPSDMP) dengan tema Anggur Duyu Bangkit, Palu Buru Duit,  Selasa (16/8).

Berdasrakan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian terbukti sebagai penyelamat perburukan resesi ekonomi nasional. Pada triwulan II tahun 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian tumbuh 16,24 persen (q-to-q) tertinggi dibandingkan sektor lain.

Pada tahun 2021, PDB sektor pertanian juga secara konsisten tumbuh positif dan berlanjut pada tahun 2022.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan Indonesia sangat kaya pangan lokal. "Di Indonesia, semua daerah memiliki pangan lokal. Oleh karena itu, kita mengajak masyarakat memanfaatkan diversifikasi pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan pangan," ujarnya.

Mentan Syahrul menambahkan tugas Kementerian Pertanian (Kementan) adalah memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat dan kebutuhan pangan itu bisa dipenuhi dengan memaksimalkan diversifikasi pangan lokal.

Pada arahannya pada Ngobras, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa saat ini terdapat krisis pangan global dan ada 32 negara yang hampir bangkrut karena tidak sanggup membayar hutangnya.

"Krisis pangan ditandai dengan harga pangan yang melejit, saat ini beras stabil, tahun ini Indonesia swasembada pangan dan sukses di level swasembada pangan," jelas Dedi.

Selanjutnya Dedi memberi semangat kepada penyuluh pertanian untuk bersama-sama membangun sistem pertanian yang kokoh dan tangguh. "Kita harus kurangi ketergantungan impor, kita ganti dengan diversifikasi impor ke pangan lokal, seperti gandum diganti dengan singkong," ujarnya.

Sementara itu narasumber Ngobras, Deli Delviana yang merupakan penyuluh pertanian BPP Duyu, propinsi Sulawesi Tengah mengatakan
Kelompok Duyu bangkit merupakan salah satu kelompok yang ada di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga Kota Palu

Komoditi yang diusahakan adalah tanaman anggur. Dimana tanaman ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat yang ada dikota Palu. "Kelompok Duyu Bangkit awalnya beranggotakan tujuh orang, sekarang telah menjadi 26 orang," jelas Deli.

Lebih lanjut Deli mengatakan bahwa kegiatan usahatani tanaman anggur yang dilakukan oleh kelompok tani Duyu Bangkit, Selama lebih kurang dua Tahun sudah terjadi pengembangan luasan luas lahan pertanian menjadi 11 titik, populasi kurang lebih 2000 pohon dengan beberapa varitas yang terus dikembangkan.

Pembicara lainnya, Syafrudin yang merupakan petani poktan Duyu bangkit yang mengatakan tanaman anggur yang diusahakan oleh kelompok Duyu bangkit berbagai macam varietas mendapatkan produktivitas 20-35 kg per pohon, dengan panen dua kali pertahun.

"Banyak masyarakat yang tertarik dengan berusaha tani tanaman anggur. Saya berharap ini dapat membangkitkan perekonomian yang ada dikelurahan Duyu yang terdampak gempa, likufaksi dan tsunami yang terjadi tahun 2018," pungkas Syafrudin.

KEYWORD :

Krisis Pangan Diversifikasi Pangan Lokal Dedi Nursyamsi Syahrul Yasin Limpo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :