Sabtu, 20/04/2024 11:50 WIB

Solusi Waketum Garuda Soal Debat Panas Transparansi Royalti Anji dan Marcell Siahaan

Perdebatan ini tidak akan selesai jika masih gunakan pola lama. Kenapa tidak manfaatkan teknologi? Gunakan aplikasi seperti YouTube untuk tempat karaoke, di mana setiap diputar otomatis terhitung. Untuk konser atau di live di kafe, gunakan seperti kita memesan makanan di aplikasi Gojek.

Waketum Partai Garuda, Teddy Gusnaidi. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Garuda, Teddy Gusnaidi merespons perdebatan panas antara 2 musisi ternama Indonesia , Anji dan Marcel Siahaan terkait transparansi royalti musik yang mencuat di media sosial.

"Perdebatan 2 musisi hebat, Anji dan Marcell terkait royalti memang bukan masalah baru, tapi masalah klasik yang selalu menjadi diskusi dan perdebatan dari puluhan tahun lalu, yang hingga hari ini masih terus jadi perdebatan. Intinya adalah tentang transparansi royalti," kata dia dalam keterangan resminya, Sabtu (13/8).

Teddy mencoba menengahi perdebatan antara kedua musisi tersebut dengan mengusulkan pemanfaatan teknologi untuk menghitung royalti. Menurutnya, pemanfaatan teknologi akan menyelesaikan masalah klasik soal royalti ini.

"Perdebatan ini tidak akan selesai jika masih gunakan pola lama. Kenapa tidak manfaatkan teknologi? Gunakan aplikasi seperti YouTube untuk tempat karaoke, di mana setiap diputar otomatis terhitung. Untuk konser atau di live di kafe, gunakan seperti kita memesan makanan di aplikasi Gojek," kata dia.

"2 aplikasi seperti itu mudah dibuat dan digunakan, sehingga setiap ada yang menggunakan lagu untuk bisnis, otomatis para pemilik lagu akan mendapatkan laporan detik itu juga, akan ketahuan berapa per hari lagu itu digunakan untuk bisnis. Sehingga masalah klasik ini bisa teratasi," sambung Juru Bicara Partai Garuda ini.

Selain memanfaatkan aplikasi, Teddy mengatakan perlu juga dibuat aturan pemantauannya. Nantinya, diperlukan juga penerapan sanksi bagi yang melanggar aturan royalti ini.

"Tanpa ada regulasi, tentu ini tidak bisa berjalan. Masyarakat juga bisa memantau apakah lagu yang mereka nyanyikan di karaoke atau saat mereka dengar live di kafe terdata atau tidak? Jika tidak, mereka report ke link pemilik lagu. Begitupun pemilik lagu bisa memantau langsung," papar Teddy.

"Selain masalah transparansi teratasi, juga menjadi database yang bisa digunakan oleh para musisi untuk menilai pasar, yang tentu outputnya bisa menjadi sesuatu yang positif," pungkasnya.

Perdebatan antara Anji dan Marcell bermula dari unggahan Anji di Instagram yang mencurahkan isi hatinya pada Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) mengenai bagaimana LMK membagikan uangnya kepada para musisi.

"SUARA UNTUK LMK (Lembaga Manajemen Kolektif). Banyak penyelenggara acara cerita, mereka ditagih untuk membayarkan royalti performing rights. Apalagi sekarang acara-acara konser/Festival sedang banyak dibuat. Begitu juga teman-teman yang memiliki kafe/resto/karaoke suka bercerita dan bertanya. Mereka bertanya: Bagaimana cara LMK membagikan uangnya kepada para Pencipta?," ungkap Anji.

Dalam unggahannya, Anji menjelaskan pembagian royalti tidak detail dan transparan perhitungannya. Bahkan, terdapat beberapa penyimpangan yang membuat sejumlah pihak malas membayar royalti.

Musisi Marcell Siahaan yang diketahui juga menjabat sebagai Ketua Umum Performers Right Society of Indonesia (Prisindo), LMK yang khusus bergerak dalam pengelolaan serta pendistribusian Hak-hak Pelaku Pertunjukan (Performing Rights) pun turut menanggapi unggahan Anji.

Menurutnya, orang-orang yang menggunakan karya orang lain hanya perlu membayar royalti tanpa perlu mengetahui secara detail bagaimana dana tersebut disalurkan.

Ia bahkan menyinggung keresahan Anji dan menganggap hal tersebut hanya akan menjadi konten yang menguntungkan Anji. Unggahan dan tanggapan inilah yang menjadi bibit dari perdebatan di antara keduanya di media sosial.

 

KEYWORD :

Partai Garuda Teddy Gusnaidi Anji Marcel Siahaan royalti musisi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :