Jum'at, 19/04/2024 04:03 WIB

Membabi Buta, Rusia Targetkan Permukiman dan Fasilitas Warga Sipil Ukraina

Invasi Rusia ke Ukraina semakin membabi buta. Dunia mengutuk serangan tersebut.

Pemandangan menunjukkan sebuah bangunan yang dihancurkan oleh serangan militer Rusia di Ukraina (Reuters/Oleksandr Ratushniak).

Jakarta, Jurnas.com- Perang dengan mudah memperlihatkan wajah asli manusia, bahkan sebuah negara. Cenderung frustrasi karena invasi yang dilakukannya menjadi sangat tidak popular di dalam dan luar negeri, tindakan Rusia dalam perangnya dengan Ukraina kini kian brutal, biadab dan membabi-buta.

Sikap tidak beradab itu dipertontonkan Rusia dengan menyerang fasilitas sipil dan permukiman penduduk Ukraina. Selasa (28/6) kemarin, misalnya, serangan Rusia kepada sebuah mal yang dipadati ribuan pengunjung di kota Kremenchuk, Ukraina tengah, telah menewaskan 20 orang warga sipil. Kontan para pemimpin negara-negara G-7 menyebut serangan barbar tersebut ‘keji’ dan menambah bukti kejahatan perang Rusia. Mereka mengatakan, serangan membabi buta terhadap warga sipil tak berdosa adalah kejahatan perang dan Presiden Rusia, Vladimir Putin,  akan dimintai pertanggungjawaban.

Seperti biasa, pemerintah Rusia berdalih bahwa rudalnya ‘tidak sengaja’ menghancurkan pusat perbelanjaan—fasilitas sipil! Mereka mengklaim yang mereka serang adalah depot senjata di dekatnya. Klaim yang ditolak pemerintah Ukraina sebagai kebohongan yang kian menandai metode public relation (PR) yan dipakai Rusia dalam perang yang tengah terjadi.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, segera mengutuk tindakan pengecut yang menargetkan warga sipil tersebut. Kepada Dewan Keamanan PBB, Zelenskyy mengatakan Rusia telah bertindak seperti negara teroris, dengan melakukan "pembunuhan besar-besaran" di seluruh Ukraina. Berbicara melalui video, Presiden Zelenskyy membacakan nama-nama warga Ukraina, korban dari serangan Rusia baru-baru ini.

Sebagaimana dikutip organisasi media publik non-profit, NPR, Zelenskyy mengatakan, dengan telah menyerang sekolah, pusat perbelanjaan dan banyak sasaran sipil lainnya, Rusia tidak lagi memiliki hak untuk tetap berada di badan PBB tersebut. Tindakan biadab Rusia itu tidak hanya dilakukannya di Kota Kremenchuk.  Di kota Lysychansk, Rusia juga membombardir penduduk yang tengah mengambil persediaan air minum dengan roket.

"Delapan warga Lysychansk meninggal, 21 orang dibawa ke rumah sakit, " kata Gubernur Luhansk, Sergiy Haidai, di Telegram, sebegaimana ditulis Reuters dan EuroNews. Disebut-sebut Rusia menggunakan roket tipe Uragan yang mengandung munisi tandan dalam serangan tersebut. Sejak pekan sebelumnya, kondisi perang telah membuat pemerintah meminta warganya meninggalkan kota tersebut.

Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan Rusia, selama akhir pekan lalu Rusia telah melakukan sekitar 60 serangan. Beberapa di antaranya serangan culas terhadap permukiman penduduk dan fasilitas sipil. Bukti-bukti tersebut menambah panjang daftar serangan Rusia terhadap warga dan fasilitas sipil Ukraina. Sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Rusia telah melakukan pemboman udara kepada gedung teater di kota pelabuhan Mariupol, Maret lalu, yang menjadi tempat berlindung 600 orang warga sipil.

Juru Bicara Pemerintah Daerah Odesa, Serhiy Bratchuk, mengatakan Rusia juga berkali-kali menyerang dan menghancurkan permukiman warga di Odesa. Serangan yang menghancurkan dan menyebabkan kebakaran itu menyebabkan enam orang terluka, termasuk seorang anak kecil. Warga Kota Kharkiv juga berkali-kali mendapatkan serangan roket Rusia. Selain menghancurkan rumah-rumah warga, menurut gubernur wilayah itu, serangan juga menewaskan empat orang dan melukai 19 orang lainnya.

Pada Ahad lalu, Rusia Kembali menyerang bu kota Kyiv dengan rentetan roket. Serangan kepada permukiman itu menewaskan sedikitnya satu warga sipil dan melukai beberapa orang. Sebagai reaksi atas pemboman selama akhir pekan itu Presiden Zelenskyy mengatakan selama pidato Ahad malam bahwa Ukraina membutuhkan sistem pertahanan udara modern untuk mencegah serangan rudal-rudal Rusia kepada warga sipil tersebut.

Pemerintah Ukraina mengatakan, serangan-serangan Rusia terhadap permukiman warga dan fasilitas sipil itu telah membuat tempat tinggal dari 3,5 juta orang telah hancur. Secara angka, jumlah Kementerian Pengembangan Masyarakat dan Wilayah Ukraina mencatat vahwa 116 ribu bangunan tempat tinggal telah hancur binasa.

Sementara itu, Rusia juga telah memainkan permainan  ‘hunger game’ tidak saja kepada Ukraina, tetapi terhadap masyarakat dunia. Selama ini, bersama Rusia, Ukraina adalah pemasok hamper 30 persen gandum dunia. Caranya, Rusia menutup ekspor bahan pangan Ukraina dengan memblokade pelabuhan laut Ukraina serta menghancurkan panen Ukraina.

Di sector pertanian, invasi Rusia telah menyebabkan kerusakan pada sektor pertanian Ukraina, dengan total kerugian sebesar 4,29 miliar dollar AS. Kategori kerusakan terbesar adalah kerusakan pada lahan pertanian, termasuk tanaman musim dingin yang tidak dipanen, yang angkanya lebih dari 2,135 miliar dollar AS

Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, langsung bereaksi dan mengutuk serangan rudal di pusat perbelanjaan Kremenchuk tersebut dengan mengatakan bahwa dunia ngeri dengan cara-cara Rusia melakukan serangan terhadap sasaran sipil. Serangan hari kepada ibukota Ukraina Ahad lalu—serangan pertama dalam beberapa pekan ini-- juga dikutuk Presiden AS Joe Biden sebagai perilaku ‘barbar’. Washington juga dilaporkan siap menyediakan sistem rudal permukaan ke udara canggih untuk Ukraina, serta dukungan artileri tambahan.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, Senin (27/6) lalu mengatakan,  pemerintahan Presiden Biden sedang menyelesaikan paket senjata lain untuk Ukraina. Media Jepang, NHK, menulis bahwa paket itu akan mencakup sistem pertahanan udara jarak jauh yang secara khusus diminta Presiden Zelenskyy.

Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan mengatakan, Rusia tidak akan serius dalam negosiasi, sampai tentara Ukraina mengalahkan mereka dan mengusir pasukannya keluar wilayah Ukraina.

Kementerian juga mengatakan, para sekutu Ukraina perlu memperkuat kekuatan Ukraina, sebelum pembicaraan apa pun di masa depan, dan memastikan bahwa Rusia kehilangan kapasitas untuk agresi lebih lanjut. “Hanya rakyat Ukraina dan hanya merekalah yang akan memutuskan masa depan Ukraina dan syarat-syarat perdamaian di tanah Ukraina kami,”kata pernyataan tersebut.

Saat ini, kata pernyataan tersebut, Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata berat dan sistem pertahanan rudal untuk membendung pemboman Rusia dan membebaskan semua wilayah yang mereka duduki.

“Bantuan militer ke Ukraina merupakan kontribusi untuk memperkuat hukum internasional dan memastikan perdamaian dan keamanan jangka panjang di Eropa,”kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.

Sementara karena Rusia terus melakukan kejahatan perangnya yang mengerikan, Ukraina mendesak agar paket sanksi ketujuh Uni Eropa segera diluncurkan untuk menghentikan mesin perang Rusia.

“Kami menyarankan untuk berkonsentrasi pada tiga target utama yang diusulkan  Grup Internasional Yermak-McFaul, yakni (1) menargetkan sanksi pada sector energi, keuangan, dan perdagangan; (2) mengurutkan sanksi pribadi berikutnya pada oligarki, pejabat senior pemerintah Rusia, dan eksekutif kunci perusahaan milik negara, serta (3) menutup semua celah yang bisa digunakan oleh Rusia,”kata Kemenlu Ukraina.

Mereka juga mendesak agar semua lembaga dan negara anggota Uni Eropa untuk mengikuti jejak AS dan Inggris,  dan berupaya segera melakukan embargo minyak dan gas secara penuh terhadap Rusia.

KEYWORD :

Rusia Ukraina Zelenskyy




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :