Jum'at, 19/04/2024 11:28 WIB

Kementan Ungkap Alasan Harga Cabai Meroket Jelang HBKN

Kementan ungkap alasan harga cabai meroket jelang HBKN

Cabai kering. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, harga komoditas cabai mengalami kenaikan akibat berkurangnya hasil panen dari tingkat petani karena pengaruh anomali cuaca.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura (Dirjen Hortikultura), Prihasto Setyanto, saat meninjau sentra lahan pertanian cabai di Desa Kataan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Minggu (26/6).

"Kami melakukan proses pemantauan panen cabai di sejumlah wilayah jelang Iduladha untuk menjamin agar ketersediaannya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Harganya memang agak tinggi aikibat anomali cuaca yang sangat berpengaruh terhadap hasil panen petani," jelasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hasil panen cabai secara nasional di seluruh provinsi saat ini memang tengah mengalami penurunan sekitar 7- 10 persen dari tingkat rata-rata produksi bulanan.

Berdasarkan hasil identifikasi Tim Kementan, lanjut Prihasto, penurunan produksi cabai dipengaruhi petani yang banyak beralih dari bertanam cabai ke  padi lantaran pada periode Mei-Juni curah hujan di daerah sentra masih cukup tinggi.

"Iklimnya memang tidak bisa kita duga. Kami juga menempuh upaya pengendalian hama penyakit yang menyerang tanaman cabai di ribuan hektare lahan sejak Mei lalu. Kami juga akan membagikan bantuan benih kepada para petani pada musim tanam berikutnya. Khususnya petani yang terdampak agar saat musim tanam tiba semuanya telah siap," imbuhnya.

Prihasto menjelaskan, luasan panen cabai pada Juni untuk jenis cabai keriting mencapai 1.213 hektare, sedangkan jenis cabai rawit merah seluas 1.946 hektare. Produksi cabai besar terdapat di Kecamatan Bulu dan Parakan. Sedangkan, cabai rawit di Kecamatan Ngadirejo dan Kaloran.

"Varietas cabai besar yang umum ditanam yaitu Arimbi, Pilar, Jecko, dan TM99. Sedangkan yang cabai rawit yaitu Kencana, Carika, Madun, Sigantung, dan Mahkota," jelasnya.

Ia menambahkan, berdasarkan angka total produksi cabai besar nasional pada Juni sebesar 78.040 ton, sedangkan kebutuhan cabai besar Juni diperkirakan 76.317 ton sehingga neraca cabai besar surplus 1.723 ton.

Adapun produksi cabai rawit sebesar 73.562 ton, sedangkan kebutuhan cabai rawit diperkirakan 72.159 ton sehingga neraca cabai rawit surplus sebesar 1.403 ton.

Sementara produksi cabai besar pada Juli sebesar 99.949 ton dan cabai rawit sebesar 209.673 ton. Kebutuhan cabai besar Juli diperkirakan 97.731 ton, sehingga neraca cabai besar masih surplus 2.218 ton. Sedangkan kebutuhan cabai rawit diperkirakan 87.308 ton sehingga neraca cabai rawit juga surplus sebesar 22.365 ton.

Selanjutnya, pada Agustus produksi cabai besar sebesar 98.561 ton dan cabai rawit sebesar 120.536 ton. Kebutuhan cabai besar Agustus diperkirakan 78.861 ton dan cabai rawit diperkirakan 74.564 ton.

"Untuk pasokan tetap mengadalkan daerah sentra Jawa yang memiliki dataran tinggi serta daerah luar Jawa, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sumatera Utara yang memiliki produksi lebih, curah hujan ekstrim yang cenderung masih tinggi di Pulau Jawa tidak dipungkiri berdampak pada volume panen," tuturnya.

 

Data produksi cabai besar dan cabai rawit 2022 menggunakan penghitungan data LTT dikalikan provitas per provinsi dengan perkiraan penurunan produksi akibat perubahan iklim untuk cabai besar sebesar 15 persen dan cabai rawit sebesar 30 persen.

Data produksi bulan Juli-Agustus berdasarkan data rerata enam tahun terkahir (ATAP 2016-2021) dengan perkiraan penurunan produksi Bulan Juli sebesar 10 persen dan cabai rawit sebesar 20 persen.

"Produk olahan lanjutan hasil panen cabai merupakan salah satu upaya strategis dalam menjaga ketahanan harga di tingkat petani agar saat panen menurun atau panen melimpah dan harga menurun dapat untuk menyangga hasil," pungkasnya.

Tim Ditjen Hortikultura melalui Direktorat PPHH juga sudah menyiapkan Langkah bantuan distribusi mobilisasi barang dari daerah surplus produksi ke daerah minus serta pembinaan pasca panen.

Di antaranya, menyediakan bangsal pasca panen yang digunakan untuk penyimpanan cabai segar dan sekaligus sebagai tempat untuk produk olahan kering sehingga hasilnya dapat menjadi substitusi dikala harga cabai segar relatif meningkat

Kementan juga sudah menunjuk TTIC untuk menjadi agen penyalur dan pemasaran berkeadilan bagi konsumen perkotaan dan juga memiliki unit unit pasar pati di seluruh provinsi di Indonesia secara bersama sama terus melakukan gelar pasar murah mingguan.

KEYWORD :

Harga Cabai Mahal Ditjen Hortikultura Prihasto Setyanto Kementerian Pertanian HBKN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :