Ilustrasi praktisi di industri manufaktur (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Praktisi Mengajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), merupakan program kolaborasi antara akademik dengan praktisi. Karena itu, praktisi bukan berperan sebagai pengganti dosen.
Direktur Sumber Daya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemdikbudristek, Sofwan Effendi mengatakan dosen dan praktisi akan saling berkolaborasi dan melengkapi, bukan mengganti. Selain mendidik dan membimbing mahasiswa dari sisi keilmiahannya di kelas, dosen juga membutuhkan pengalaman di dunia industri.
"Begitupun dengan praktisi, mereka juga membutuhkan ilmu yang melandasi kompetensinya," terang Sofwan pada Kamis (23/6) lalu.
Untuk dapat bergabung menjadi pengajar, praktisi bisa mengajukan pendaftaran ke perguruan tinggi dan program studi (prodi) yang dipilih sesuai kebutuhan, serta kompetensi melalui laman praktisimengajar.id. Selanjutnya, dosen di perguruan tinggi juga dapat mengajukan permintaan praktisi yang dibutuhkan.
Dari program ini, Sofwan berharap dapat melahirkan lulusan-lulusan yang kompeten dalam bidang akademik maupun profesional, di dunia industri.
"Kita ingin para lulusan mempunyai paket lengkap baik secara akademik maupun profesional di dunia industri agar siap pakai, siap kerja, dan siap berwirausaha," ujar dia.
Dalam program Praktisi Mengajar, lanjut Sofwan, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung dari praktisi profesional sesuai bidangnya.
"Jadi mahasiswa bukan hanya mendapatkan kompetensi akademik, kepakaran, cara berpikir, cara pemecahan problem, tetapi juga langsung dihadapkan pada problem riil dari pengalaman yang disiapkan atau disampaikan oleh para praktisi yang dihadirkan di kampus," tutur Sofwan.
KEYWORD :Praktisi Mengajar Kemdikbudristek Merdeka Belajar Sofwan Effendi
