Kamis, 25/04/2024 23:53 WIB

BKKBN Gelar Pelayanan KB Sejuta Akseptor Serentak di Seluruh Indonesia

BKKBN gelar pelayanan KB sejuta akseptor serentak di seluruh Indonesia.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menghadiri Musyawarah Daerah Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Provinsi Jawa Tengah di Hotel Quest Jalan Plampitan Semarang, Jumat (18/2).

JAKARTA, Jurnas.com -  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan Pelayanan KB Sejuta Akseptor secara serentak di seluruh Indonesia, Rabu (15/6.

"Pelayakan sejuta akseptor ini ditujukan untuk menyongyong Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang jatuh pada 29 Juni setiap tahunnya. Untuk itu, kita menggerakkan pelayana serentak," kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo melalui tanyangan live di Facebook.

Hasto menjelaskan, esensi utama dari pelayakan kontrasepsi adalah untuk menciptakan generasi yang sehat dan unggul. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar ke depan melahirkan generasi unggul untuk Indonesia maju, dan bebas dari stunting.

Menurut Hasto, BKKBN telah berhasil menurunkan Total Fertility Rate (TFR), di mana rata-rata perempuan saat ini melahirkan anak angkanya 2,24 dibandingkan tahun 1971 yang rata-rata 5,6. 

"Kalau dulu BKKBN bekerja keras sejak tahun 1971 orientasinya kuantitas dengan jargonnya dua anak cukup. Sekarang ini tidak hanya dengan dua anak cukup, tetapi dua anak itu harus sehat. Bedanya, kalau dulu itu kuantitas, sekarang ini kualitas ya kuantitas," kata Hasto.

Selanjutnya, Hasto mengajak semua masyarakat untuk mulai berpikir bagaimana menyikapi bonus demografi setelah sukses menciptakan proporsi jumlah penduduk, yang jumlah usia produktifnya besar.

"Hasil sensus penduduk sampai pada satu keadaan setiap 100 penduduk Indonesia yang produktif bekerja hanya menanggung 41 orang, sehingga pernyataan ini membuat alasan bahwa saat ini jugalah kalau kita ingin meningkatkan pendapatan per kapita dari keluarga," tutur Hasto.

"Sebaliknya, kalau sekarang ini tidak bisa produktif, maka semua yang usia proktif itu pasti konsumtif, sehingga akan menjadi beban. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan bonus demografi dengan didahului kulitas SDM yang unggul," tambahnya.

Hasto mengingatakan, jumlah anak sangat mempengaruhi kualitas SDM, sehingga menjaga jarak anak menggunakan kontrasepsi penting. "Jarak anak apabila kurang dari 3 tahun itu berhubungan dengan kejadian stunting dan berhubungan dengan kejadian autisme," ujarnya.

Ia juga kembali mengingatkan, kerugian stunting adalah anak tidak tinggi. "Dengan demikian kalau anak stunting sudah pasti tidak bisa bersaing jadi tni, polisi, tentara, pramugari, dan pramugara, sehingg tidak kompetitif," kata Hasto.

Selanjutnya, kata Hasto, anak yang stunting juga memiliki kemampuan intelektual yang rendah, sehingga tidak tidak mampu bersaing secara akademik. Di samping itu, anak stunting pada usia 40 tahun sudah sering sakit-sakitan karena central obesity.

"Stunting itu kerugiannya banyak dan tidak produktif. Oleh karena itu, birth to birth interval, pregnancy to pregnancy interval harus dijaga betul dengan cara kontrasepsi," tegas Hasto

"Parenting juga sangat besar pengaruhnya ketika anaknya itu yang pertama lahir belum umur dua tahun adiknya sudah lahir, maka anak itu sangat cemburu, sehingga dia tidak happy. Yang dilahirkan juga tidak begitu happy, sehingga dua anak yang dilahirkan jaraknya dekat ini sama-sama tidak happy. Sedangkan, anak itu harus happy," pungkas Hasto. 

KEYWORD :

Sejuta Akseptor Hasto Wardoyo BKKBN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :