Jum'at, 19/04/2024 18:29 WIB

Provinsi Banten Keroyokan Sukseskan Pelayanan KB Sejuta Akseptor

Provinsi Banten keroyokan sukseskan pelayanan KB sejuta akseptor.

Wali Kota Banten pada acara sejuta akseptor. (Foto: ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Pemerintah Provinsi Banten siap menyukseskan Pelayanan KB Sejuta Akseptor yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara serentak di seluruh Indonesia pada Rabu (15/6).

Plt. KepalaPerwakilan BKKBN Provinsi Banten, Dadi Ahmad Roswandi mengatakan akan menyukseskan layanan KB Sejuta Akseptor dari  93 ribu yang ditargetkan.

"Kami berjejaring dengan semua mitra dari asosiasi klinik, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Banten, kabupaten/kota se-Banten, dan TNI. Jadi, kami berkolaborsi mengeroyok target sejuta akseptor," kata Dadi kepada awak media.

Sementara itu, Ketua IBI Provinsi Banten, Yani Purwasih mengatakan akan mengerahkan seluruh personil untuk mencapai target 93 ribu akseptor yang telah ditargetkan di Banten.

"Kami sudah dua minggu lalu persiapan. Tentunya harapan kami dengan adanya pelayanan ini pengen lebih maksimal dari tahun- tahun sebelumnya. Karena kita sudah tahun kedua mengadakan sejuta akseptor ini," kata Yani.

Ia menjelaskan, pihaknya juga sudah  melakukan sosialisasi langsung kepada ketua-ketua cabang dan kepada Bidan Praktek Mandiri (BPM), baik yang punya praktek sendiri di Pusekesmas maupun di rumah sakit.

"Bidan di Banten itu 9587 orang. Nah, di Tangerang Selatan ini ada 1002 orang. Semuanya kami kerahkan. Intinya kami siap mendukung program pemerintah dalam rangka percepatan penurunan stunting," tegas Yani.

Yani juga yakin target 93 ribu akseptor yang ditargetkan dapat tercapai." Pagi ini saja kami sudah mendapatkan 1806 peserta (akseptor). Insyallah tercapai karana kami dari seluruh anggota IBI se-Banten selain mereka memonitoring mereka juga melayani," tegasnya.

Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN, Safrina Salim mengatakan,  Banten termasuk daerah yang memiliki angka stunting tertinggi di Indonesia, yaitu 294.862 balita. Jumlah tersebut berdasarkan hasil survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021.

"Banten kita dorong terus bergerak kencang agar stunting di tahun 2024 ini dapat turun di posisi 14 persen," kata Safrina kepada awak media.

Safrina menjelaskan, BKKBN telah melakukan berbagai strategi mempercepat penurunan stunting nasional, yang dimulai dari sejak calon pengantin hingga 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

"Kami bekerja sama dengan kementerian dan lembaga mengawal agar calon pengantin tidak anemia, tidak kekurangan energi kronis atau lingkar lengan atasnya di bawah 23 cm dan tidak menikah di bawah 19 tahun," kata Safrina.

Kalau pun menikah di bawah 19 tahun, lanjut Safrina, BKKBN akan memberikan edukasi agar tidak hamil terlebih dahulu. "Wanita kalau hamil di bawah usia 19 tahun, yang seharusnya masih bisa tinggi dan berkembang itu berhenti. Karena semua yang dibutuhkan sudah dibagi ke janinnya," ujarnya.

Di samping itu, kata Safrina, BKKBN juga telah membentuk tim pendamping keluarga (TPK) yang terdiri dari Bidan/Nakes, Kader PKK, dan kader KB. TPK bertugas mendampingi keluarga yang berisiko stunting.

Tak sampai di sana, BKKBN juga melibatkan anak-anak muda melalui GenRe untuk mempercepat penurunan stunting. "GenRe juga sebagai pelapor dan pelopor yang mengedukasi anak-anak muda ke depan," ujarnya.

KEYWORD :

BKKBN Sejuta Akseptor Stunting Safrina Salim




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :