Jum'at, 26/04/2024 01:01 WIB

KIP Kuliah Jadi Harapan di Tengah Himpitan Ekonomi

KIP Kuliah menjadi harapan bagi mahasiswa kurang mampu untuk tetap melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi

Mahasiswa dan mahasiswi penerima KIP Kuliah di Universitas Cenderawasih (Foto: Dok. BKHM Kemdikbudristek)

Jayapura, Jurnas.com - Mimpi Muhammad Iqbal mengenyam pendidikan di perguruan tinggi nyaris putus di tengah jalan pada 2021 silam. Penyebabnya, Uang Kuliah Tunggal (UKT) Universitas Cenderawasih Papua, terlalu mahal buat dia yang hanya seorang anak dari ibu penjual kue.

Kala itu masih semester pertama. Iqbal yang masuk ke Universitas Cenderawasih melalui Jalur Mandiri dalam kategori Seleksi Lokal Siswa Berpotensi (SLSB), harus membayar Rp3 juta per semester.

"Saya sempat mengajukan komplain ke bagian kemahasiswaan. Saya bandingkan dengan teman-teman dari Papua, mereka cuma bayar sekitar Rp1 jutaan," kata mahasiswa asal Jayapura ini di Kampus Universitas Cenderawasih Papua, pada Selasa (14/6).

Merasa nyaris putus asa, Iqbal sempat berniat berhenti kuliah. Dia bahkan sudah mengirimkan lamaran pekerjaan berbekal ijazah SMA. Beruntung, lamaran Iqbal tak kunjung diterima.

Sosok ibu yang menjadi penguat Iqbal. Meski dengan penghasilan pas-pasan untuk menghidupi empat anak-anaknya, sang ibu tetap meminta Iqbal berjuang melanjutkan pendidikannya di Universitas Cenderawasih.

"Mama bilang `Ambil saja dulu. Biar mama yang usahakan UKT Rp3 juta itu`. Akhirnya, saya lanjutkan, dan mencari tahu siapa tau ada beasiswa," ujar Iqbal menirukan ucapan ibunya.

Semesta mendukung. Iqbal mengetahui program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), yang menanggung biaya kuliah dan biaya hidup mahasiswa kurang mampu. Dia pun berinisiatif mendaftarkan diri ke program pemerintah yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) tersebut.

"Juli 2021 dibuka program KIP Kuliah. Saya coba-coba, Alhamdulillah ada nama saya di daftar wawancara. AKhirnya, saya lolos sebagai penerima. Tentu juga melampirkan persyaratan seperti Surat Keterangan Tidak Mampu," tutur mahasiswa Ilmu Ekonomi itu.

Kini, selain mendapatkan bantuan biaya kuliah, Iqbal juga memperoleh uang sebesar Rp8,4 juta per semester dari KIP Kuliah. Uang tersebut dia manfaatkan dengan baik untuk keperluan perkuliahan, agar tidak lagi merepotkan ibunya yang saat ini bekerja seorang diri setelah sang ayah meninggal dunia.

KIP Kuliah Meringankan Beban Orang Tua

Pengalaman serupa juga dialami dua mahasiswi asal Serui, Papua. Putri F. J. Runtuboy dan Yohana G. Windesi. Keduanya berhasil lolos sebagai penerima KIP Kuliah di Universitas Cenderawasih pada 2021 lalu.

Di awal kuliah, Yohana yang terdaftar sebagai mahasiswi Prodi Ekonomi Akuntansi, merasa keberatan bila harus membayar UKT sebesar Rp6 juta setiap semester.

"Kalau bayar setiap semester tidak mungkin. Saya di keluarga tiga berdaudara, saya anak ketiga. Saya pikir kalau ambil beasiswa, bisa meringankan beban orang tua," kata Yohana.

Demikian pula Putri. Remaja yang ditinggal wafat oleh ibunya sejak SMA itu, dirawat oleh pamannya di Jayapura. Dia bertekad ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, tanpa memberatkan beban paman yang telah mengurusnya.

"Puji Tuhan saya diterima sebagai penerima KIP. Saya kasih tahu om sambil menangis, biaya UKT tidak perlu bayar lagi," tutur Putri.

Saat ditanya pemanfaatan bantuan Rp8,4 juta dari pemerintah untuk penerima KIP Kuliah, Yohana dan Putri kompak menjawab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan menunjang aktivitas perkuliahan.

"Dari KIP Kuliah saya buat beli laptop, karena penting untuk kuliah Akuntansi. Dan, sejak terima KIP Kuliah, saya tidak pernah lagi meminta kiriman dari kampus," kata Yohana.

KEYWORD :

KIP Kuliah Kemdikbudristek Mahasiswa Papua Universitas Cenderawasih




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :