Kendaraan diesel mengantre panjang untuk membeli solar akibat kelangkaan bahan bakar di seluruh negeri, di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 8 Juni 2022. (Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte)
JAKARTA, Jurnas.com - Pemerintah Sri Lanka terbuka untuk membeli lebih banyak minyak dari Rusia di tengah krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan pertama-tama akan mencari sumber lain tetapi akan terbuka untuk membeli lebih banyak minyak mentah dari Moskow.
Negara ini berada di tengah krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade dan sangat kekurangan dolar untuk membayar impor penting termasuk makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Antrean panjang, terkadang sepanjang beberapa kilometer, adalah pemandangan umum di dekat pompa bensin di seluruh negeri, yang juga dilanda pemadaman listrik bergilir.
Sementara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mencoba untuk memotong aliran keuangan yang mendukung upaya perang Moskow, Rusia menawarkan minyak mentahnya dengan diskon yang besar, membuatnya sangat menarik bagi sejumlah negara.
Wickremesinghe, yang juga Menteri Keuangan Sri Lanka, mengindikasikan akan bersedia menerima lebih banyak bantuan keuangan dari China, meskipun utang negara pulau itu meningkat.
"Kesulitan Sri Lanka saat ini adalah buatan sendiri," kata Wickremesinghe.
Ia mengatakan, perang di Ukraina membuat Sri Lanka semakin buruk dengan menambahkan bahwa kekurangan pangan yang mengerikan dapat berlanjut hingga 2024.
Ia mengatakan Rusia juga menawarkan gandum ke Sri Lanka.
Wickremesinghe mengatakan, Sri Lanka juga berusaha mendapatkan minyak dan batu bara dari pemasok tradisionalnya di Timur Tengah.
Para pejabat sedang bernegosiasi dengan pemasok swasta, tetapi Wickremesinghe mengatakan satu masalah yang mereka hadapi adalah bahwa "ada banyak minyak yang beredar yang dapat dipasok kembali secara informal ke Iran atau ke Rusia".
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari, harga minyak global telah meroket.
Sumber: Reuters
KEYWORD :Sri Lanka Krisis Ekonomi Minyak Rusia