Jum'at, 19/04/2024 18:16 WIB

Putin Peringatkan Prancis dan Jerman soal Pasokan Senjata ke Ukraina

Putin memperingatkan pemimpin Prancis dan Jerman soal pasokan senjata ke Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato dalam pertemuan Dewan Legislator di Majelis Federal di Saint Petersburg, Rusia 27 April 2022. Sputnik/Alexei Danichev/Kremlin via Reuters

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz terhadap peningkatan pasokan senjata ke Ukraina. Ia mengatakan hal itu dapat menyebabkan destabilisasi lebih lanjut.

Kremlin mengatakan, Putin menyampaikan peringatan tersebut selama panggilan telepon tiga arah dengan para pemimpin Prancis dan Jerman pada Sabtu (28/5). 

Pada kesempatan teresebut, Putin memperingatkan prihal transfer senjata Barat yang berkelanjutan ke Ukraina, dan menyalahkan gangguan konflik terhadap pasokan makanan global pada sanksi Barat.

Putin mengatakan kepada Macron dan Scholz bahwa melanjutkan pasokan senjata ke Ukraina berbahaya, dan  memperingatkan risiko destabilisasi lebih lanjut dari situasi dan memperburuk krisis kemanusiaan, kata Kremlin.

Selama panggilan 80 menit, Macron dan Scholz sebagai imbalannya mendesak gencatan senjata segera di Ukraina dan penarikan pasukan Rusia dari negara itu, menurut juru bicara kanselir Jerman.

Para pemimpin Eropa juga mendesak Putin untuk terlibat dalam negosiasi serius dan langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk mengakhiri pertempuran, kata juru bicara itu.

Pembacaan Kremlin dari panggilan tiga arah mengatakan pemimpin Rusia menegaskan keterbukaan pihak Rusia untuk dimulainya kembali dialog, tanpa menyebutkan kemungkinan pembicaraan langsung antara Putin dan Zelenskyy.

Pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina telah diadakan baik secara langsung maupun melalui tautan video sejak serangan militer Rusia tetapi baru-baru ini terhenti.

Kremlin juga mengatakan, Putin menekankan selama pertemuan, Rusia sedang bekerja untuk membangun kehidupan yang damai di Mariupol dan kota-kota lain yang dibebaskan di Donbas – wilayah Ukraina di mana pasukan Rusia sekarang berjuang untuk mendapatkan kendali penuh.

Laporan presiden Prancis pada panggilan Jumat mencatat bahwa Macron dan Scholz juga meminta Putin untuk melepaskan sekitar 2.500 pejuang Ukraina yang bertahan selama berminggu-minggu di dalam pabrik baja Azovstal di Mariupol dan kemudian menyerah kepada tentara Rusia.

Ketiga pemimpin sepakat untuk tetap berhubungan, menurut laporan itu.

Senjata yang lebih canggih dan kuat

Peringatan baru Putin atas persenjataan Barat datang ketika para pejabat Ukraina menekan negara-negara Barat untuk senjata yang lebih canggih dan kuat, terutama beberapa sistem peluncuran roket, untuk bersaing dengan senjata Rusia dalam serangan yang sedang berlangsung di Donbas.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) tidak akan mengkonfirmasi laporan media pada hari Jumat yang mengklaim bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang bersiap untuk mengirim sistem roket jarak jauh ke Ukraina.

Duta Besar Rusia AS pada Sabtu mencap langkah seperti itu sebagai "tidak dapat diterima" dan meminta pemerintah Biden untuk "meninggalkan pernyataan tentang kemenangan militer Ukraina".

Sebuah posting Telegram yang diterbitkan di saluran resmi kedutaan Rusia mengutip duta besar Anatoliy Antonov yang mengatakan bahwa “pemompaan senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Ukraina secara signifikan meningkatkan risiko eskalasi konflik”.

Pemerintahan Biden dan sekutunya telah memberi Ukraina senjata yang semakin canggih dan beragam untuk memerangi pasukan invasi Rusia, termasuk persenjataan jarak jauh, seperti howitzer M777.

Pada 11 Mei, DPR AS meloloskan paket bantuan $40 miliar untuk Ukraina, termasuk $8,7 miliar untuk mengisi kembali stok persenjataan AS yang dikirim ke Ukraina.

KEYWORD :

Invasi Rusia Vladimir Putin Prancis Emmanuel Macron Kanselir Jerman Olaf Scholz




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :