Kamis, 25/04/2024 21:36 WIB

Presiden Sri Lanka Berlakukan Status Keadaan Darurat di Tengah Kerusuhan

Sebelumnya Jumat, polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan mahasiswa yang berusaha menyerbu parlemen nasional menuntut Rajapaksa mengundurkan diri.

Seorang demonstran membantu yang lain ketika polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan mahasiswa yang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa atas krisis ekonomi negara yang melumpuhkan, di dekat parlemen di Kolombo pada 6 Mei 2022 (Foto: AFP/ISHARA S. KODIKARA)

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat untuk kedua kalinya dalam lima minggu dan memberikan kekuatan besar kepada pasukan keamanan ketika aksi unjuk rasa nasional menuntut pengunduran dirinya membuat negara itu terhenti.

Juru bicara presiden mengatakan, penerapan undang-undang yang keras untuk memastikan ketertiban umum setelah toko-toko tutup dan transportasi umum dihentikan serikat pekerja yang menyalahkannya atas krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang  memicu kerusuhan selama berminggu-minggu.

Sebelumnya Jumat, polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan mahasiswa yang berusaha menyerbu parlemen nasional menuntut Rajapaksa mengundurkan diri.

Keadaan darurat memberikan kekuatan besar kepada pasukan keamanan untuk menangkap dan menahan tersangka untuk waktu yang lama tanpa pengawasan pengadilan. Hal ini juga memungkinkan pengerahan pasukan untuk menjaga hukum dan ketertiban selain polisi.

"Presiden menggunakan kekuasaan eksekutifnya untuk menerapkan peraturan darurat guna memastikan pemeliharaan layanan penting dan ketertiban umum," kata juru bicara itu.

Ia mengatakan undang-undang tersebut akan berlaku mulai Jumat tengah malam.

Rajapaksa yang terkepung telah mengumumkan keadaan darurat sebelumnya pada 1 April, sehari setelah ribuan pengunjuk rasa berusaha menyerbu rumah pribadinya di ibu kota. Keadaan darurat itu dibiarkan berlalu pada 14 April.

Namun protes meningkat sejak saat itu. Deklarasi darurat baru datang ketika ribuan demonstran tetap berada di luar kantor tepi laut Rajapaksa, di mana mereka melakukan protes sejak 9 April, dan kelompok-kelompok kecil mencoba menyerbu rumah-rumah politisi penting pemerintah lainnya.

Kekuatan polisi yang berjumlah 85.000 telah meningkatkan keamanan untuk semua legislator partai yang berkuasa. Tapi mereka ditarik ke batas dan telah meminta pasukan keamanan untuk memperkuat mereka.

Sumber: AFP

KEYWORD :

Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Krisis Ekonomi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :