Sabtu, 20/04/2024 17:23 WIB

Politisi Pakai Kekuatan Media Sosial, Puan: Pilih Orang yang Memperjuangkan Kita

Dalam rangka membangun personal branding, sejumlah politisi berbondong-bondong terjun ke media sosial. Media sosial digunakan sebagai strategi untuk membentuk citra diri sendiri agar masyarakat dapat menilainya dari prestasi dan pencapaian yang dimiliki.

Ketua DPR RI, Puan Maharani. (Foto: Humas DPR RI)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam rangka membangun personal branding, sejumlah politisi berbondong-bondong terjun ke media sosial. Media sosial digunakan sebagai strategi untuk membentuk citra diri sendiri agar masyarakat dapat menilainya dari prestasi dan pencapaian yang dimiliki.

Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengatakan, dengan menggunakan media sosial cukup relevan. Hal itu karena media sosial adalah kenyataan hari ini yang tidak bisa diabaikan. Jika politisi sudah ‘terjun’ ke media sosial, maka dia sudah siap berinteraksi dengan masyarakat.

“Terbentuk pola komunikasi baru, masyarakat bisa langsung mengakses politisi. Komunikasi publik dengan politisi dengan kekuatan media sosial," kata Firman, kepada wartawan, Kamis (28/4).

Ketua DPR RI, Puan Maharani menekankan, politisi tidak cukup hanya terlihat aktif di media sosial. Menurutnya, seorang politisi sesungguhnya perlu bekerja dan gotong royong untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

"Jadi jangan kemudian kita itu asal pilih karena cuma kelihatan di panggung saja. Panggung itu panggung media, panggung TV, panggung sosmed, tapi pilih orang yang betul-betul pernah memperjuangkan kita, pernah bersama-sama kita, pernah bergotong-royong bersama kita.” kata Puan.

Keberadaan media sosial tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pada survei yang dirilis Hootsuite, pada tahun ini, 73,7 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan internet dan 68,9 persen aktif menggunakan media sosial.

Ada tiga hal, kenapa seorang politisi memanfaatkan media sosial. Pertama, untuk membangun awareness, politisi menunjukkan karakternya, menyampaikan misinya secara ringan. Kedua, keterlibatan publik, yaitu saat publik ikut berkomentar pada media sosial politisi tersebut.

“Kemudian ketiga, ada feedback dari publik dari yang ditawarkan publik cocok atau tidak, kemudian kalau tidak cocok akan ada dialog,” sebut Firman.

Politisi yang sudah ‘terjun’ di media sosial harus menyelaraskan citranya. Politisi yang tampil ciamik, ramah, humoris di media sosial, harus bersikap yang sama saat ditemui secara langsung. Menurutnya, mentereng di media sosial, politisi jangan lupa untuk bekerja, karena masyarakat butuh aksi ketimbang ‘tebar pesona’ saja.

“Ada teori dramaturgi, kita atur panggung depan dan panggung belakang. Katakan panggung depan adalah media sosial, maka di panggung depan ingin tampil sempurna, ideal. Publik harus diberi juga tampilan di belakang panggung,” kata Firman.

Untuk mengisi kanal-kanal media sosial, politisi dan timnya perlu kreatif. Konten yang kreatif adalah kunci.

“Tergantung konten menarik atau tidak. Apakah topiknya sesuai dengan topik yang disukai masyarakat, apakah pesan komunikasinya mudah dipahami oleh masyarakat pengguna media sosial,” kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas.

Konten yang bagus, entah itu video, teks maupun meme, menarik perhatian masyarakat. “Semakin baik sosialisasi semakin besar peluang untuk ter-ekspose pada komunitas-komunitas,” tandas Sirojuddin.

KEYWORD :

Puan Maharani Ketua DPR Politisi Pakai Kekuatan Media Sosial Pilih Orang Memperjuangkan Kita




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :