Sabtu, 20/04/2024 03:09 WIB

Harga Pertalite Naik Akan Perburuk Daya Beli Masyarakat

Kenaikan keempat komoditi itu sudah pasti akan menyulut kenaikan inflasi secara signifikan, yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, memperburuk daya beli masyarakat, dan memperberat beban rakyat

Illustrasi pengisian BBM jenis Pertalite di SPBU. (Istimewa)

Jakarta, Jurnas.com - Wacana kenaikan harga BBM jenis Pertalite mengemuka, usai harga Pertamax naik. Wacana ini pun menjadi sorotan banyak pihak, karena dikhawatirkan menimbulkan dampak yang besar terhadap perekonomian.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, pemerintah perlu berhati-hati dalam menaikkan harga Pertalite. Sebab, volume konsumsi Pertalite relatif besar. Maka itu, pemerintah mesti berhati-hati jika menentukan besaran maupun waktunya. "Sebaiknya kalaupun naik nanti secara bertahap saja," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (19/4).

Dia mengatakan, kenaikan harga Pertalite memberikan risiko terhadap daya beli masyarakat. "Pada daya beli masyarakat utamanya. Konsumennya dari segmen yang lebih beragam, terutama yang di mobil dan ojek online perlu diperhatikan," ujarnya.

Sementara, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menjelaskan, sinyal kenaikan harga tidak hanya pada Pertalite. Berdasarkan pernyataan-pernyataan pemerintah, sinyal kenaikan harga pada solar, LPG 3 kg dan tarif listrik.

Menurutnya, jika komoditas itu naik maka akan mencederai tuntutan mahasiswa pada aksi 11 April 2022 lalu. Selain itu, kenaikan harga akan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok hingga daya beli yang turun.

"Kenaikan keempat komoditi itu sudah pasti akan menyulut kenaikan inflasi secara signifikan, yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, memperburuk daya beli masyarakat, dan memperberat beban rakyat," jelasnya.

Menurutnya, pemerintah seharusnya berpihak kepada masyarakat daripada Pertamina. Dia bilang, sebenarnya masih ada upaya untuk meringankan APBN imbas tingginya harga minyak dunia.

"Untuk meringankan beban APBN akibat kenaikan harga minyak dunia sesungguhnya masih banyak upaya yang dapat dilakukan tanpa menaikkan harga BBM, LPG 3 kg dan tarif listrik. Salah satunya adalah merelokasi dana windfall dari meningkatnya harga batu bara dan dana kenaikan PPN yang diberlakukan pada 1April 2022. Kalau masih kurang, anggaran pembangunan IKN bisa digunakan lebih dulu untuk menambal subsidi kepada rakyat," paparnya.

Tanda harga Pertalite akan naik sebelumnya disampaikan oleh pemerintah. Tanda-tanda Pertalite akan naik pun semakin jelas lantaran Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan, sudah ada hitung-hitung terkait kenaikan harga ini.

Dia mengatakan, harga Pertalite diperkirakan naik sebanyak Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per liter. Sehingga harga Pertalite akan di kisaran Rp 9.500 per liter. Saat ini, harga Pertalite sendiri di harga Rp 7.650 per liter.

"Sudah ada semacam hitung-hitungan Pertalite sudah lah naik kurang lebih Rp 3.000 per liter, paling tinggi ya, idealnya di angka Rp 2.000, sehingga harganya di Rp 9.500 menggantikan Pertamax yang lalu," kata Sugeng dikutip dari Power Lunch CNBC Indonesia.

Menurutnya, kenaikan ini membantu arus kas PT Pertamina (Persero). Sebab, volume konsumsi Pertalite cukup besar. Sugeng melanjutkan, arus kas Pertamina juga mesti diselamatkan. Sebab, Pertamina mengemban tugas penugasan. Dia menambahkan, arus kas Pertamina saat ini sudah sangat kritis.

"Itu sudah agak lumayan. Cash flow Pertamina sudah agak mulai terbantu karena ini volumenya tinggi. Sekali lagi cash flow Pertamina juga harus kita selamatkan sebagai BUMN yang mendapatkan tugas sebagai public service obligation atau PSO," katanya. "Mengingat cash flow Pertamina hari ini sudah sangat sangat kritis," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memberi tanda jika harga Pertalite dan solar akan naik. Arifin mengatakan dalam jangka menengah dan panjang akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite dan solar. Selain itu, akan dilakukan pengamanan dengan peningkatan cadangan operasional dari 21 hari menjadi 30 hari.

"Dalam jangka menengah dan panjang kita akan melakukan optimalisasi campuran bahan bakar nabati dalam solar, penyesuaian harga Pertalite, minyak solar dan mempercepat bahan bakar pengganti antara lain KBLBB, BBG, bioethanol, BioCNG, dan lain-lain," kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR.

 

KEYWORD :

BBM Pertalite harga naik daya beli masyarakat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :