Jum'at, 19/04/2024 18:19 WIB

Kepala BKKBN Ajak Remaja Tes Kesehatan Tiga Bulan Sebelum Menikah

Idealnya setiap calon pengantin, tiga bulan sebelum menikah wajib memeriksakan kesehatannya seperti tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan kadar Hemoglobin (Hb). 

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menghadiri Musyawarah Daerah Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Provinsi Jawa Tengah di Hotel Quest Jalan Plampitan Semarang, Jumat (18/2).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengajak generasi muda untuk turut serta berkontribusi dalam upaya penurunan stunting dan penurunan kematian ibu dan bayi.

Ajakan tersebut disampaikan dalam acara Talkshow Series Sehat Sebelum Nikah yang di adakan oleh SKATA dan BKKBN dengan tema Tes Kesehatan Pranikah Demi Generasi Emas, Kamis (7/4).

"Generasi muda menyiapkan dirinya untuk bisa sehat sebelum menikah itu sudah merupakan kontribusi luar biasa karena mereka juga menjadi bagian dari pelaku. Selain bergerak mempengaruhi orang lain, ia sendiri adalah penentu ukuran-ukuran parameter kesehatan dan juga sebagai pelaku yang akan diukur sukses tidaknya program penurunan stunting serta, penurunan kematian Ibu dan bayi," ungkap Hasto.

Ia mengatakan, idealnya setiap calon pengantin, tiga bulan sebelum menikah wajib memeriksakan kesehatannya seperti tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan kadar Hemoglobin (Hb). 

"Harapannya, faktor risiko yang dapat melahirkan bayi stunting pada calon pengantin bisa teridentifikasi lebih dini dan dihilangkan sebelum menikah dan hamil," ujar Hasto.

Hasil pemeriksaan kemudian diinput melalui aplikasi ELSIMIL (Elektronik Siap Nikah dan Hamil). Aplikasi ini dirancang khususnya menyasar calon pengantin, ibu hamil, dan pasca melahirkan sebagai alat pemantau kesehatan, yang juga memuat edukasi seputar kesiapan nikah dan hamil.

Data menunjukan masih terdapat remaja putri usia 15-19 tahun dengan kondisi berisiko kurang energi kronik sebesar 36,3 persen, wanita usia subur 15-49 tahun dengan risiko kurang energi kronik masih 33,5 persen dan mengalami anemia sebesar 37,1 persen.

"Remaja puteri yang terindikasi anemia memerlukan konsumsi tablet tambah darah selama 90 hari. Begitu juga apabila calon pengantin perempuan mengalami kondisi under-nutrition seperti kurang kalori protein atau kekurangan vitamin yang lain maka dibutuhkan waktu minimal tiga bulan untuk perbaikan keadaan tersebut," tambah Hasto.

Kemudian untuk calon pengantin laki-laki, pada masa sebelum menikah karena produksi sperma untuk persiapan pembuahan dan menghasilkan keturunan yang sehat, membutuhkan pra kondisi dan kebugaran bagi laki-laki minimal 75 hari sebelumnya.

"Saya harapkan bisa mengurangi konsumsi rokok dan hal yang membahayakan kesehatan," ujarnya.

Hasto mengatakan, program Generasi Berencana (GenRe) merupakan kepanjangan tangan BKKBN untuk bisa menjadi sahabat remaja dan keluarga. Karena remaja menjadi kunci, melalui merekalah informasi dan pesan BKKBN bisa disampaikan.

"Melalui teman sebaya informasi dan pesan akan lebih mudah dipercaya oleh remaja, apalagi kalau yang berbicara tidak hanya seorang remaja tapi juga sekaligus public figure," ujarnya.

Hadir sebagai narasumber,  Nadhira Nuraini Afifa seorang dokter sekaligus konsultan kesehatan publik dan founder Limitless Indonesia. Dipandu Bumin Sasha dari SKATA, dan live di Youtube SKATA.

"Anemia terjadi ketika kebutuhan tubuh akan zat besi sedang tinggi seperti sedang hamil atau ada infeksi kronik bisa juga karena menstruasi sehingga mengeluarkan zat besi lebih banyak. Kasus anemia banyak sekali saya temui selama praktek dokter, hal ini tidak ada kaitannya dengan status ekonomi namun lebih pada perlunya awareness khusus mengenai anemia," ujarnya.

Lebih lanjut menurutnya hal ini juga terjadi pada stunting, bahwa ini tidak hanya karena faktor status ekonomi saja. Kalau melihat statistiknya stunting 60 persen terjadi pada kalangan menengah kebawah dan 40 persen dikalangan menengah keatas.

"Jadi, stunting sebenarnya bisa terjadi pada kalangan manapun kalau kita tidak mengetahui dan memahami apa stunting itu sendiri," katanya.

Nadhira menambahkan, pentingnya asupan nutrisi makan gizi seimbang, aktifitas fisik, cuci tangan dan memantau berat badan.

"Makan yang mengandung zat besi tinggi seperti daging, unggas, ikan atau hewan laut. Penting juga makanan yang membantu penyerapan zat besi seperti jus jeruk, sayuran hijau dan tentunya minum tablet tambah darah satu kali seminggu. Namun, saat makan tablet tambah darah jangan diiringi minum susu, teh atau kopi yang akan mengganggu penyerapan zat besinya," pungkas Nadhira

KEYWORD :

Hasto Wardoyo BKKBN Anak Stunting Remaja Anemia Tes Kesehatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :