Sabtu, 20/04/2024 06:44 WIB

Dua Pihak Bertikai Setuju Gencatan Senjata di Yaman Selama 2 Bulan

Gencatan senjata dua bulan akan mulai berlaku pada pukul 7 malam waktu setempat (16:00 GMT) pada hari Sabtu dan dapat diperpanjang dengan persetujuan para pihak.

Gumpalan asap membubung di Marib di Yaman tengah, pada 22 November 2020 [AFP via Getty Images]

SANA`A, Jurnas.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, pihak-pihak yang bertikai dalam konflik tujuh tahun Yaman telah menyetujui gencatan senjata nasional selama dua bulan, dimulai dengan bulan suci Ramadan.

Kesepakatan yang ditengahi PBB pada Jumat antara koalisi yang dipimpin Arab Saudi dan kelompok pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran adalah langkah paling signifikan mengakhiri konflik yang telah menewaskan puluhan ribu dan mendorong jutaan orang kelaparan.

Utusan khusus PBB, Hans Grundberg mengatakan gencatan senjata dua bulan akan mulai berlaku pada pukul 7 malam waktu setempat (16:00 GMT) pada hari Sabtu dan dapat diperpanjang dengan persetujuan para pihak.

"Para pihak menerima untuk menghentikan semua operasi militer, darat, dan laut yang ofensif di dalam Yaman dan melintasi perbatasannya; mereka juga menyetujui kapal bahan bakar untuk masuk ke pelabuhan Hodeidah dan penerbangan komersial untuk beroperasi masuk dan keluar dari bandara Sanaa ke tujuan yang telah ditentukan di wilayah tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan.

Utusan PBB dan Amerika Serikat (AS) telah berusaha sejak tahun lalu untuk merekayasa gencatan senjata permanen yang diperlukan untuk menghidupkan kembali negosiasi politik yang terhenti sejak akhir 2018 untuk mengakhiri konflik.

Pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi, yang dipaksa Houthi keluar dari ibukota, Sanaa, pada akhir 2014, mengatakan sebelumnya akan memfasilitasi pengaturan untuk pembebasan tahanan, membuka bandara Sanaa dan mengizinkan kapal bahan bakar ke pelabuhan Hodeidah.

"Kami segera mengumumkan pelepasan dua kapal bahan bakar pertama melalui pelabuhan Hodeidah," kata Menteri Luar Negeri Yaman, Ahmed Bin Mubarak di Twitter.

Pada Jumat, dalam sebuah unggahan Twitter, juru bicara dan kepala perunding Houthi, Mohammed Abdel-Salam menyambut baik gencatan senjata. Pejabat senior Houthi lainnya, Mohammed Ali al-Houthi, mengatakan di Twitter bahwa kredibilitasnya akan diterapkan.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang melakukan intervensi pada Maret 2015 melawan Houthi, mengendalikan laut dan ruang udara Yaman.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut baik gencatan senjata itu dan menyatakan harapan untuk proses politik untuk membawa perdamaian ke negara itu.

"Anda harus mengambil momentum itu untuk memastikan bahwa gencatan senjata ini sepenuhnya dihormati dan diperbarui dan ... bahwa proses politik yang sebenarnya diluncurkan," kata Guterres kepada wartawan.

"Ini menunjukkan bahwa bahkan ketika segala sesuatunya tampak mustahil, ketika ada keinginan untuk berkompromi, perdamaian menjadi mungkin," sambungnya.

Pihak-pihak yang bertikai juga membahas pertukaran tahanan di mana ratusan dari kedua belah pihak akan dibebaskan, termasuk 16 warga Saudi, tiga warga Sudan dan saudara laki-laki Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Pertukaran tahanan besar terakhir, yang melibatkan sekitar 1.000 tahanan, terjadi pada tahun 2020 sebagai bagian dari langkah membangun kepercayaan yang disepakati pada pembicaraan damai terakhir yang diadakan pada bulan Desember 2018.

PBB telah lama memperingatkan bahwa perang di Yaman telah menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Meskipun angka pastinya sulit untuk dikumpulkan, PBB memperkirakan bahwa lebih dari 377.000 orang telah tewas akibat konflik pada akhir tahun 2021.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan akhir tahun lalu, Program Pembangunan PBB mengatakan sekitar 60 persen kematian adalah akibat dari penyebab tidak langsung, termasuk kelaparan dan penyakit yang dapat dicegah.

Sisanya disebabkan oleh pertempuran dan serangan udara. Laporan tersebut mencatat bahwa anak-anak bertanggung jawab atas 70 persen kematian.

Menurut Program Pangan Dunia (WFP), sekitar 16,2 juta orang Yaman, atau sekitar 45 persen dari total populasi, mengalami rawan pangan.

KEYWORD :

Perserikatan Bangsa-Bangsa Gencatan Senjata Arab Saudi Houthi Yaman




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :