Sabtu, 20/04/2024 08:39 WIB

Rizal Ramli: Kepemimpinan Jokowi di Mata Dunia Internasional Diuji Lewat KTT G20

Rusia diundang bisa ramai, dan Rusia tak diundang juga bisa ramai. Ini sebagai tes kepemimpinan (Jokowi) itu saat situasi sulit ini. Nah, punya kemampuan gak Jokowi mengatasi hal ini?

Tokoh nasional Rizal Ramli saat berbicara di hadapan warga Tasikmalaya. (Foto: Dok. Pribadi For Jurnas.com)

Tasikmalaya, Jurnas.com - Permintaan Amerika Serikat dan sekutunya kepada Indonesia selaku tuan rumah  sekaligus presidensi Group of Twenty (G20) 2022 agar Rusia tak diundang dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali dianggap menjadi ujian kemampuan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Menurut tokoh nasional Rizal Ramli, di satu sisi dengan diundangnya Presiden Rusia dalam pertemuan KTT G20 membuat Presiden Amerika Joe Biden memberikan ancaman kepada Indonesia. Namun, di sisi lain tidak diundangnya Rusia juga tetap akan menjadi polemik tersendiri.

"Rusia diundang bisa ramai, dan Rusia tak diundang juga bisa ramai. Ini sebagai tes kepemimpinan (Jokowi) itu saat situasi sulit ini. Nah, punya kemampuan gak Jokowi mengatasi hal ini?" ujar Rizal Ramli di Tasikmalaya, kemarin.

Rizal Ramli meyakini bahwa Amerika Serikat dan sekutunya terus memberikan desakan terhadap Indonesia yang menjadi tuan rumah KTT G20 agar tidak mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin. Hingga kini, Indonesia diketahui tetap mengundangnya dalam KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022 mendatang.

"G20 ini kan Presiden Amerika Joe Biden ngancam Indonesia. Ancamannya yaitu satu keluarkan Rusia dari G20. Kalau enggak, (Indonesia) harus undang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy," imbuh mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB itu.

Sejatinya, menurut Rizal Ramli, dalam menghadapi polemik itu, Jokowi mencontoh sikap politik founding father yang juga Presiden RI ke-1, Soekarno yang tidak mau terjebak pada konflik Blok Barat dengan Blok Timur.

"Ketika ada persaingan antaraBlok Barat dan Blok Timur yang memunculkan ketegangan di beberapa negara, Soekarno dan empat pemimpin negara dari Mesir, Ghana, Yugoslavia, serta India langsung mengambil inisiatif mendirikan Gerakan Non Blok. Tujuannya ada dua, yakni, ke dalam yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju,” jelas begawan ekonomi ini.

“Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia. Nah, sekarang tinggal bagaimana Pak Jokowi mengambil sikap? Karena ini ujian bagi kepemimpinan Pak Jokowi di mata dunia internasional," sambung Rizal Ramli.      

Sebagaimana diketahui, Presiden AS, Joe Biden meminta agar Rusia harus dikeluarkan dari G20. Topik ini mencuat selama pertemuan Biden dengan para pemimpin dunia di Brussel, Belgia pada Kamis.

"Jawaban saya adalah iya, tergantung G20," jawab Biden ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari kelompok negara perekonomian terbesar itu, dilansir Reuters, Jumat (25/3/2022).

Biden menambahkan, apabila negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak sepakat untuk mengeluarkan Rusia, lalu menurutnya, Ukraina harus diizinkan untuk menghadiri pertemuan tersebut.

KTT G20 tahun ini akan berlangsung di Indonesia pada Oktober mendatang. Presiden Rusia, Vladimir Putin dikabarkan akan menghadiri pertemuan para pemimpin dunia ini, walaupun sejumlah negara mendesak Rusia dikeluarkan dari G20.

 

 

KEYWORD :

Rizal Ramli KTT G20 Rusia Vladimir Putin Jokowi Bali




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :