Jum'at, 19/04/2024 22:15 WIB

Dinilai Sebarkan Berita Hoaks, Rusia Blokir Google

Regulator komunikasi Rusia memblokir Google News, dengan tuduhan layanan agregator berita itu menyebarkan informasi palsu tentang operasi militer di Ukraina.

Logo Google (Foto: Doknet)

Moskow, Jurnas.com - Regulator komunikasi Rusia memblokir Google News, dengan tuduhan layanan agregator berita itu menyebarkan informasi palsu tentang operasi militer di Ukraina.

"Kami telah mengkonfirmasi bahwa beberapa orang mengalami kesulitan mengakses aplikasi dan situs web Google News di Rusia dan ini bukan karena masalah teknis di pihak kami," kata Google dalam sebuah pernyataan dikutip dari Aljazeera pada Kamis (24/3).

"Kami telah bekerja keras untuk menjaga agar layanan informasi seperti Berita dapat diakses oleh orang-orang di Rusia selama mungkin," lanjutnya.

Langkah itu dilakukan setelah Google mengatakan tidak akan membantu situs web, aplikasi, dan saluran YouTube menjual iklan di samping konten yang dianggap mengeksploitasi, mengabaikan, atau memaafkan konflik di Ukraina. Raksasa teknologi itu juga awal bulan ini mengumumkan akan berhenti menjual semua iklan online di Rusia.

Interfax mengatakan Roskomnadzor, regulator Rusia, telah bertindak atas permintaan dari kantor jaksa agung Rusia.

"Sumber berita online Amerika yang bersangkutan menyediakan akses ke berbagai publikasi dan materi yang berisi informasi yang tidak autentik dan penting bagi publik tentang jalannya operasi militer khusus di wilayah Ukraina," kata Interfax mengutip regulator itu.

Belinda Barnet, dosen senior di Swinburne University of Technology yang berspesialisasi dalam media dan teknologi digital, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa langkah tersebut konsisten dengan keinginan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengendalikan secara ketat narasi yang menjangkau warga Rusia.

"Dia belum terlalu berhasil mengendalikan narasi global, sebagian karena tindakan platform seperti Google yang memblokir outlet yang berhubungan dengan Kremlin, tetapi masih memiliki cengkeraman pada outlet media domestiknya sendiri," terang Barnet.

"Jadi platform media digital seperti Google adalah ancaman terhadap kontrol itu. Ini bukan kejutan," lanjut dia.

Pengumuman regulator Rusia muncul setelah pekan lalu menuntut Google berhenti mengizinkan penyebaran ancaman di YouTube, yang "bersifat teroris dan mengancam kehidupan dan kesehatan warga Rusia".

Rob Nicholls, profesor di bidang regulasi dan tata kelola di Sekolah Bisnis Universitas New South Wales, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa larangan Google News mencerminkan pengaruh dan jangkauan layanan yang signifikan.

"Larangan Google pada konten yang mengeksploitasi, menolak, atau memaafkan konflik di Ukraina akan menjadi masalah bagi Moskow. Namun, memblokir akses adalah langkah yang signifikan," kata Nicholls.

"Kemungkinan pemblokiran geografis serupa akan diperluas ke jaringan besar lainnya saat Moskow mencoba mengendalikan narasi konflik. Sulit untuk menggambarkan konflik tersebut sebagai `operasi khusus` ketika Google News menyediakan akses ke perkiraan korban Rusia dari NATO," sambung dia.

Di bawah undang-undang yang ditandatangani oleh Putin awal bulan ini, menyebarkan berita palsu tentang militer Rusia dapat dihukum hingga 15 tahun penjara.

KEYWORD :

Rusia Google Vladimir Putin Berita Hoaks




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :