Sabtu, 20/04/2024 16:42 WIB

Cegah Stunting, Dokter Spesialis Anak Ajak Orang Tua Pahami Buku KIA

 Isi buku tersebut sangat penting untuk memantau kesehatan dan mencatat adanya kondisi kelainan pada ibu dan anak.

Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, Ardi Santoso. (Foto: Ist)

SEMARANG, Jurnas.com - Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, Ardi Santoso mengatakan, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menyediakan informasi penting yang bisa menjadi rujukan orang tua agar tidak melahirkan anak stunting.

"Saya mengajak kepada orangtua dan calon orangtua untuk mau membaca buku KIA yang terbaru, paling tidak ada di dua halaman yakni persiapan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan stimulasi, karena dua hal ini penting sekali," kata Ardi saat menjadi pembicara dalam Forum Jurnalis Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, di Hotel Santika Premiere Semarang, Selasa (22/3).

Menurut Ardi, file buku ini bisa dengan mudah sekali didapat di internet dan tinggal cari dan unduh. "Saya tahu bapak ibu enggan atau bahkan tidak mau kalau searching hal seperti ini di internet tapi lebih tertarik hal lain seperti gosip artis dan hiburan lainnya," tambahnya.

Mengutip situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), buku KIA adalah panduan informasi dan catatan kesehatan selama hamil, melahirkan sampai anak usia 6 tahun. Isi buku tersebut sangat penting untuk memantau kesehatan dan mencatat adanya kondisi kelainan pada ibu dan anak.

Dengan mencatat di buku ini, ibu bisa memantau perkembangan janin dan melihat kemungkinan cacat lahir pada bayi. Calon ibu bisa mendapat buku ini dari Puskesmas, Bidan, atau rumah sakit tempat konsultasi selama kehamilan.

Ardi juga mengatakan, membuat MPASI saat ini tidak ada yang sulit karena bisa dibuat dari makanan keluarga, yakni makanan yang dimakan anggota keluarga lain tapi tentunya teksturnya harus menyesuaikan dengan makanan bayi.

Selain itu juga, MPASI bisa dibuat khusus sendiri dari bahan mentah atau masak khusus untuk bayi

"Saat ini juga menu tunggal untuk MPASI sudah tidak lagi disarankan," tegasnya.

Bahkan Ardi menyampaikan bahwa gula, garam dan bumbu-bumbu juga boleh ditambahkan tentunya dengan takaran yang wajar dan seperlunya. "Sampai saat ini masih banyak ditemui untuk MPASI misalnya hanya diberikan pisang dikerok saja, kasihan anaknya," tegas Ardi.

Ardi menambahkan bahwa edukasi pada orangtua menjadi sangat penting untuk mencegah stunting.

"Usia anak 4-6 bulan adalah masa rawan karena pada masa ini MPASI sangat berperan penting untuk mendukung nutrisi yang diperoleh dari ASI. Kalau proses MPASI nya bermasalah ini akan menjadikan anak seperti susah makan dan pilih-pilih makan,"

Sementara itu terkait upaya percepatan penurunan stunting Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah, Widwiono menjelaskan,  Saat ini angka stunting di Jateng menurut SSGI 2021 sudah turun di angka 20,9 persen.

"Dibandingkan provinsi lain di Pulau jawa, Provinsi Jawa Tengah paling baik penurunannya, kami menargetkan tahun ini bisa turun 3,5 persen dan tahun 2023 turun lagi 3,5 persen," jelasnya.

Untuk mewujudkan target tersebut, menurut Widwiono, BKKBN terus melakukan koordinasi program percepatan penurunan stunting ke stakeholder terkait agar pendekatan spesifik dan sensitif dalam penanganan stunting dapat tepat sasaran dan diterima masyarakat khususnya.

"Media massa, juga merupakan salah satu penopang sosialisasi berbagai program pemerintah termasuk Program Bangga Kencana," tegasnya.

Kegiatan Forum Jurnalis Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) diselenggarakan secara luring dan daring dihadiri oleh anggota dan pengurus Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah, PWI Jawa Tengah, Jurnalis media massa, Pranata Humas, Penyuluh KB dan Tim Pendamping Keluarga.

KEYWORD :

Ardi Santoso Buku KIA Widwiono Stunting Jawa Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :