Kamis, 25/04/2024 15:39 WIB

Fit and Proper Test Calon KPU-Bawaslu Dinilai Janggal

Direktur Lembaga Studi Visi Nusantara (LS-Vinus), Deni Gunawan, menemukan sejumlah kejanggalan dalam proses Fit and Proper Test (FPT) calon Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), yang dilakukan oleh Komisi II DPR RI.

Gedung DPR/MPR (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Direktur Lembaga Studi Visi Nusantara (LS-Vinus), Deni Gunawan, menemukan sejumlah kejanggalan dalam proses Fit and Proper Test (FPT) calon Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), yang dilakukan oleh Komisi II DPR RI.

Dia mengungkapkan terdapat beberapa isyarat khusus kedekatan, dan isyarat harapan lolos beberapa anggota dewan kepada beberapa calon.

"Beberapa calon diberikan isyarat khusus kedekatan dan isyarat lolos misalnya dengan mengungkapkan kesamaan dari daerah, dukungan supaya lolos, dan mengungkapkan dapil-dapil dewan," kata Deni dalam konferensi pers virtual pada Kamis (17/2).

"Selama pemantauan banyak hal yang janggal, salah satunya etika dewan yang menunjukkan kedekatan atau kode-kode tertentu kepada beberapa calon komisioner. Sebetulnya tidak masalah selama itu dilakukan kepada semua peserta, tapi faktanya hanya kepada segelintir orang saja," sambung dia.

Lebih lanjut, Deni menyebutkan bahwa ada beberapa poin yang cukup penting untuk diperhatikan seperti gangguan teknis pada Live Streaming Youtube, indikasi pembunuhan karakter calon komisioner KPU dan komisioner Bawaslu, dan aspirasi masyarakat tentang calon KPU dan Bawaslu yang tidak diperhatikan saat FPT.

Hasil pemantuan LS-VINUS tersebut mendapatkan tanggapan dari Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi. Yus mengomentari beberapa anggota Komisi II DPR RI kurang beretika dalam melaksanakan FPT karena memunculkan pujian, harapan, dan menampilkan sosok dewan dan mengenalkan dapilnya kepada beberapa calon.

"Ini seakan-akan didorong sudah jadi, sebetulnya ga masalah kalau perlakuannya sama. Tapi ini perlakuannya berbeda," kata Yus.

Selain itu, Yus juga menyampaikan isu-isu yang beredar tentang siapa yang lolos dan tidak sebelum FPT dilakukan.

"Pada 10 Februari beredar nama-nama hasil kesepakatan koalisi politik dan hasilnya sama dengan yang lolos hari ini. Jadi, ketika FPT itu seolah sudah tau hasilnya," beber Yusfitriadi.

Sementara itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menjelaskan bahwa FPT ini seperti terkesan kurang menyeluruh dan terkesan ada kampanye orang per orang, ada penyebutan semoga sukses, kalau ke semua calon itu tidak apa-apa, tapi ini tidak semua. Apalagi ada penyebutan dapil.

"Ini kan menimbulkan kecurigaan publik, yang terlihat ada kedekatan dengan parpol. Pada akhirnya ketika mereka terpilih itu ada beban tersendiri kepada para anggota komisi II di DPR RI," jelas Ray.

Ray menyebutkan, sudah muncul kecurigaan orang bahwa yg lolos ini belum tentu professional dan independen. Seolah-olah dapat perlakuan khusus dari parpol, dan ini menimbulkan kecurigaan publik.

"Ini pertama kali dalam pelaksanaan Fit and Proper Test yang paling mudah ditebak. 70 persen yang kita prediksi itu lolos pada FPT. Dan sekarang itu 90 persen itu benar prediksi kita," katanya.

Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampouw mengatakan, dari hasil pemantauan LS-VINUS itu ada yang terkonfrimasi antara kedekatan parpol dengan calon komisioner, dengan kemunculan viralnya nama-nama yang muncul di sosial media beberapa hari sebelum FPT, dan cocok dengan hasil dari Fit and Proper Test.

"Ada komunikasi yang terbangun di antara para calon dengan peorangan atau dengan lembaga partai politik yang ada di DPR RI. Ini terkonfirmasi dengan viralnya nama-nama calon anggota yang beredar di media sosial," katanya.

Lanjut Jeirry, penting bagi kita untuk mengawal kinerja Bawaslu dan KPU yang baru ini. Karena bisa aja ada tendensi-tendensi yang mengganggu atau memengaruhi kinerja mereka ketika bekerja dan sudah dilantik.

KEYWORD :

LS-Vinus Fit and Proper Test Calon KPU Bawaslu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :