Rabu, 24/04/2024 16:16 WIB

Palestina Desak Uni Afrika Copot Status Pengamat bagi Israel

Saat blok beranggotakan 55 negara itu berkumpul di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, Shtayyeh meminta Uni Eropa untuk menolak Israel.

Bendera Israel berkibar di depan Kubah masjid Shakhrah dan kota Yerusalem (AFP/Thomas Coex)

Yerusalem, Jurnas.com - Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh mendesak Uni Afrika mencopot status Israel sebagai pengamat dalam KTT Uni Afrika, yang bakal berlangsung dua hari di Ethiopia.

Saat blok beranggotakan 55 negara itu berkumpul di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, Shtayyeh meminta Uni Eropa untuk menolak Israel.

"Israel seharusnya tidak pernah diberi penghargaan atas pelanggarannya dan untuk rezim apartheid yang diterapkannya pada rakyat Palestina," kata Shtayyeh dikutip dari Aljazeera pada Minggu (6/2).

"Yang Mulia, saya minta maaf untuk melaporkan kepada Anda bahwa situasi rakyat Palestina semakin genting. Keputusan untuk memberikan Israel status pengamat adalah hadiah yang (Tel Aviv) tidak layak dapatkan, dan kami menyerukan agar keputusan ini ditarik," lanjut dia.

Israel sebelumnya memegang status pengamat di Organisasi Persatuan Afrika (OAU), tetapi telah lama digagalkan dalam upayanya untuk mendapatkannya kembali setelah OAU dibubarkan pada tahun 2002 dan digantikan oleh AU.

Akreditasi Israel pada Juli tahun lalu memicu protes cepat dari anggota kuat, termasuk Afrika Selatan dan Aljazair, yang berpendapat hal itu bertentangan dengan pernyataan AU yang mendukung wilayah Palestina.

Saat itu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mencatat Israel memiliki hubungan dengan 46 negara Afrika.

"Ini adalah hari perayaan untuk hubungan Israel-Afrika. Ini mengoreksi anomali yang telah ada selama hampir dua dekade dan merupakan bagian penting dari penguatan jalinan hubungan luar negeri Israel," kata Lapid waktu itu.

KEYWORD :

Israel Palestina Uni Afrika Status Pengamat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :