Sabtu, 20/04/2024 19:00 WIB

Kepala BKKBN: Stunting Itu Bahaya dan Tak Dapat Disembuhkan Pasca 1000 HPK

Guna pencegahan stunting, ibu hamil harus makan makanan bergizi, anak 6 bulan pertama harus diberi air susu ibu (ASI) tanpa makanan tambahan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo dalam kegiatan Penggarapan Pencegahan Stunting di Kampung KB dan Peluncuran Pil KB bagi Ibu Menyusui di Kecamatan Sindangsari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Selasa (25/01)

LEBAK, Jurnas.com - Stunting itu bahaya dan tidak dapat disembuhkan pasca 1000 hari pertama kehidupan (HPK), atau sejak hari pertama ibu hamil hingga anak terlahir sampai berusia dua tahun tidak diberi asupan gizi yang baik.

Demikian kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo dalam kegiatan Penggarapan Pencegahan Stunting di Kampung KB dan Peluncuran Pil KB bagi Ibu Menyusui di Kecamatan Sindangsari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Selasa (25/1).

Guna pencegahan stunting, kata Hasto, ibu hamil harus makan makanan bergizi, anak 6 bulan pertama harus diberi air susu ibu (ASI) tanpa makanan tambahan.

"Pil KB bagi ibu menyusui diluncurkan, agar ibu sukses saat menyusui bayinya, kalau kata ulama menyusui 30 bulan, dalam Islam menyusui 24 bulan sudah baik sekali, kalau menyusui 2 tahun dengan konsumsi Pil KB bagi Ibu menyusui, maka jarak anak 2 tahun cukup untuk hamil lagi, pil tidak menimbulkan jerawat, baik juga untuk ibu karena otak ibu menyusui mengeluarkan prolactin," kata Hasto.

Hasto kembali mengingatkan bahwa mencegah stunting sangat penting, karena anak yang stunting tidak akan bisa bersaing dalam akademik, ketika dewasa  akan rawan sakit-sakitan, dan postur badan pasti pendek.

Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi mengatakan, awalnya stunting dianggap penyakit yang menyebabkan anak bertubuh pendek, tapi sekarang tidak lagi karena semua sudah dapat memahami stunting secara keseluruhan.

Ade menambahkan pihaknya akan membuat rencana aksi, yang diterapkan di seluruh wilayah Kabupaten Lebak dalam menangani persoalan gizi menyasar ke anak muda yang akan menjadi orang tua, PUS, ibu hamil dan menyusui juga bayi untuk mencegah stunting.

"Dimulai dari yang mau menikah diberi pendampingan, yang hamil diedukasi dan saat melahirkan diberikan pendampingan dengan cara penyediaan posyandu di RW setempat," ujarnya.

BKKBN sendiri menyiapkan tim pendamping keluarga yang terdiri dari Bidan, Kader KB dan Kader PKK, yang jumlahnya 200.000 tim untuk seluruh Indonesia untuk mendampingi calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga yang mempunyai anak di bawah dua tahun di tingkat desa. 

Diketahui, Kabupaten Lebak-Banten merupakan daerah yang masih memiliki permasalahan stunting atau gizi kronis bagi anak. Sekitar 20 persen dari 60 ribu anak, masih mengalami stunting.

Sedangkan Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan jajarannya untuk menurunkan angka stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang dari angka saat ini yang masih 24,4 persen.

Pada kegiatan yang sama diserahkan juga beras protifit, makanan tambahan balita, bantuan makanan ibu hamil, bantuan untuk UPPKA dan peresmian Gedung baru Perwakilan BKKBN Provinsi Banten

KEYWORD :

Pil KB Ibu Menyusui BKKBN Bahaya Stunting Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :