Jum'at, 26/04/2024 05:49 WIB

Diminati Milenial, Kementan Tingkatkan Daya Saing Hortikultura

Tantangan komoditas hortikultura saat ini ialah market driven, di mana petani dan pelaku usaha harus menempatkan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen sebagai prioritas.

Direktur Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura), Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto melalukan panen raya cabai rawit merah di Desa Brenggolo, Kecamatan Ploso Klaten dan cabai merah besar di Desa Kebon Rejo Kecamatan Kepung, Rabu 6 Januari 2021. (Foto: Ist/jurnas.com)

JAKARTA, Jurnas.com - Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang paling diminati petani milenial. Pasalnya, komoditas hortikultura menghasilkan keuntungan yang luar biasa dan memiliki potensi ekspor yang besar.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi saat membuka MSPP Vol. 03 2022 "Program Pengembangan Hortikultura 2022".

"Saya beberapa kali cek di lapangan, ternyata petani milenial itu banyak yang bermain di komoditas hortikultura. Kemudian, saya tanya alasannya dan mereka bilang bahwa pertanian hortikultura mampu menghasilkan keuntungan yang besar dan peluang ekspornya juga ada," ujarnya.

Hadir sebagai narasumber tunggal, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan, tantangan komoditas hortikultura saat ini ialah market driven, di mana petani dan pelaku usaha harus menempatkan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen sebagai prioritas.

Oleh karena itu, pemenuhan terhadap aspek mutu, harga, kemudahan konsumsi, sertifikasi, dan keamanan pangan harus terpenuhi agar menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing dan bernilai ekspor.

Menjawab tantangan tersebut, kata Prihasto, Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura) menentukan arah kebijakan pembangunan hortikultura 2021-2024, yakni meningkatkan daya saing hortikultura.

"Ada tiga strategi utama yang disusun, yaitu Pengembangan Kampung Hortikultura, UMKM Hortikultura, dan Modernisasi Hortikultura. Mengapa konsep kampung yang dipilih? Agar memudahkan proses pemasaran, pengawalan dan pendampingan, serta akuntabilitas," jelas Prihasto.

Tahun Anggaran 2022 ini, Ditjen Hortikultura menargetkan 2.094 Kampung Hortikultura yang akan dibangun dan dikembangkan. Kampung Hortikultura tersebut, terdiri atas 945 kampung sayuran, 766 kampung buah, 340 kampung tanaman obat, dan 43 kampung florikultura.

Untuk kampung sayuran, kata Prihasto, komoditas utama yang dikembangkan adalah aneka cabai. Sementara untuk kampung tanaman obat adalah jahe, kampung buah adalah durian, dan kampung florikultura adalah bunga krisan.

"Kampung Hortikultura ada sistem registrasinya, yaitu berisi berbagai informasi dasar tentang identitas petani, kelompok tani, dan pihak lain yang terlibat. Selain itu juga ada data luasan lahan, jenis varietas, dan perkiraan waktu panen," ujar Prihasto.

Lebih lanjut, Prihasto menjelaskan, agar kualitas dan keberhasilan Kampung Hortikultura terus terjaga, diperlukan adanya siatem monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilakukan secara bersinergi dengan BPPSDMP lewat tenaga penyuluh dan POPT.

"Teknisnya sudah dibahas bersama Tim dari Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP. Harapannya, setiap periode tertentu kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan kampung dan UMKM Hortikuktura, apa saja kendala yang dihadapi, dan apa saja kebutuhan atau dukungan yang diperlukan secara cepat dan langsung melalui penyuluh, tenaga POPT, dan petugas lapangan lainnya," jelasnya.

Prihasto mengatakan, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengamanatkan agar bantuan yang diberikan dampaknya terukur bagi pembangunan pertanian.

"Pak Menteri selalu meminta kami untuk monitor bantuan yang telah diberikan dan bagaimana dampaknya bagi petani dan hasil pertaniannya. Karena itu, kami membuat sistem informasi monitoring dan evaluasi (SiMEVI) sebagai upaya awal memonitoring secara cepat dan transparan," jelas Prihasto.

Ditjen Hortikultura mengembangkan SiMEVI sebagai bentuk dari implementasi strategi Modernisasi Hortikultura. SiMEVI berbasis data CPCL lengkap, yang terdiri dari nama poktan, nama desa, kecamatan, kabupaten, jenis komoditas dan varietasnya, serta bantuan yang diterima.

Melalui SiMEVI, Ditjen Hortikultura dapat melakukan pemantauan terhadap data dan informasi terkait perbenihan, gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI), kegiatan pascapanen, kegiatan upaya peningkatan nilai tambah, pemanfaatan bantuan dan output yang dihasilkan.

Seluruh data SiMEVI dikumpulkan petugas penyuluh di Kostratani yang difasilitasi dengan pelatihan dan gawai khusus, serta terintegrasi dengan Horticulture War Room (HWR) sehingga data dapat langsung tersampaikan ke Ditjen Hortikultura sekaligus terhubung dengan Agroculture War Room (AWR) di Kementan.

KEYWORD :

petani milenial Prihasto Setyanto komoditas hortikultura BPPSDMP Dedi Nurysamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :