Kamis, 25/04/2024 20:52 WIB

Ketua ASEAN: Myanmar Miliki Bahan untuk Perang Saudara

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun lalu, dengan lebih dari 1.400 orang tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat oleh pasukan keamanan, menurut kelompok pemantau lokal.

Para pengunjuk rasa terlihat di Hledan, Yangon di Myanmar pada 17 Februari 2021. (Foto: AFP)

SINGAPURA, Jurnas.comKamboja, ketua blok regional Asia Tenggara (ASEAN) mengatakan, Myanmar memiliki semua bahan untuk perang saudara. Peringatan itu disampaikan menjelang kunjungan Perdana Menteri Hun Sen ke negara yang dilanda krisis.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun lalu, dengan lebih dari 1.400 orang tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat oleh pasukan keamanan, menurut kelompok pemantau lokal.

Hun Sen, yang negaranya tahun ini menjabat sebagai ketua bergilir blok ASEAN, akan mengunjungi Myanmar pada Jumat  dan Sabtu dalam upaya meredakan krisis.

Namun Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn memperingatkan prospek itu mengerikan. "Krisis politik dan keamanan di Myanmar semakin dalam, dan telah menyebabkan (suatu) krisis ekonomi, kesehatan dan kemanusiaan," katanya dikutip dari AFP.

"Kami merasa, semua bahan untuk perang saudara sekarang ada di atas meja. Sekarang ada dua pemerintahan, ada beberapa angkatan bersenjata, orang-orang sedang menjalani apa yang mereka sebut gerakan pembangkangan sipil dan (ada) perang gerilya di seluruh negeri," sambungnya.

Dia berbicara pada kuliah pada Senin (3/1) yang diselenggarakan oleh think-tank yang berbasis di Singapura, ISEAS-Yusof Ishak Institute. Acara ini diadakan di bawah Aturan Rumah Chatham, yang berarti pembicara harus memberikan izin sebelum komentarnya dilaporkan untuk memfasilitasi keterbukaan.

Kementerian luar negeri Kamboja pada Selasa memberi izin kepada AFP untuk melaporkan komentarnya.

Prak Sokhonn menolak kritik bahwa kunjungan Hun Sen akan melegitimasi junta, dan mengatakan perhatian segera kerajaan adalah untuk memperbaiki situasi di Myanmar.

"Upaya akan tetap fokus pada peta jalan perdamaian dan konsensus lima poin yang disepakati oleh para pemimpin ASEAN tahun lalu," katanya.

Kunjungan tersebut bertujuan membuka jalan bagi kemajuan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk dialog inklusif dan kepercayaan politik di antara semua pihak terkait.

Sejak kudeta, hanya ada sedikit tanda kemajuan.

Kunjungan utusan khusus ASEAN ke Myanmar telah ditunda setelah junta menolak mengizinkannya bertemu dengan pemimpin sipil terguling Aung San Suu Kyi.

Sebagai tanggapan, blok tersebut mengeluarkan pemimpin junta Myanmar dari pertemuan tingkat tinggi Oktober, sebuah teguran yang jarang dilakukan oleh sebuah kelompok yang sering dikritik karena ompong.

Krisis Myanmar memiliki implikasi buruk bagi "stabilitas regional ... citra, kredibilitas, persatuan ASEAN", Prak Sokhonn menambahkan.

Namun demikian, dia mengatakan Kamboja sedang melakukan upaya untuk mengizinkan kepala junta Myanmar untuk melanjutkan menghadiri pertemuan blok itu lagi.

KEYWORD :

Myanmar ASEAN Kamboja Perang Saudara




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :