Selasa, 23/04/2024 14:46 WIB

Perempuan Afghanistan Protes Pembunuhan Taliban terhadap Mantan Tentara Nasional

Sekitar 30 wanita berkumpul di dekat sebuah masjid di pusat Kabul dan berbaris beberapa ratus meter meneriakkan keadilan, keadilan sebelum mereka dihentikan oleh pasukan Taliban.

Wanita Afghanistan memegang plakat selama protes di Kabul untuk menuntut diakhirinya pembunuhan di luar proses hukum oleh Taliban. (Foto: AFP/Mohd Rasfan)

KABUL, Jurnas.com - Sekelompok perempuan berbaris melalui ibukota Afghanistan pada Selasa (28/12), menuduh pihak berwenang Taliban diam-diam membunuh tentara yang melayani mantan rezim yang didukung Amerika Serikat (AS).

Sekitar 30 wanita berkumpul di dekat sebuah masjid di pusat Kabul dan berbaris beberapa ratus meter meneriakkan keadilan, keadilan sebelum mereka dihentikan oleh pasukan Taliban, kata seorang koresponden AFP.

Dikutip dari AFP, Taliban juga berusaha mencegah wartawan meliput pawai, yang diorganisir melawan pembunuhan misterius terhadap orang-orang muda, khususnya mantan tentara negara itu.

Pejuang Taliban secara singkat menahan sekelompok wartawan dan menyita peralatan dari beberapa fotografer, menghapus gambar dari kamera mereka sebelum mengembalikannya.

Sejak kelompok garis keras kembali berkuasa pada Agustus, mereka secara efektif melarang protes tanpa sanksi dan sering melakukan intervensi untuk memblokir demonstrasi menentang merek Islam mereka yang keras.

Protes itu terjadi beberapa minggu setelah laporan terpisah oleh PBB, Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan bahwa ada tuduhan kredibel lebih dari 100 pembunuhan di luar proses hukum oleh Taliban sejak pengambilalihan mereka.

"Saya ingin memberitahu dunia, memberitahu Taliban untuk berhenti membunuh. Kami menginginkan kebebasan, kami menginginkan keadilan, kami menginginkan hak asasi manusia," kata pengunjuk rasa Nayera Koahistani.

Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh pengunjuk rasa Laila Basam, para demonstran meminta Taliban "untuk menghentikan mesin kriminalnya".

Pernyataan itu mengatakan bahwa mantan tentara dan pegawai pemerintah rezim lama berada "di bawah ancaman langsung", melanggar amnesti umum yang diumumkan oleh Taliban pada Agustus.

Para pengunjuk rasa juga menyampaikan keberatan terhadap pembatasan yang dihadapi perempuan di bawah pemerintahan Taliban.

Pemerintah mengeluarkan pedoman baru pada akhir pekan yang melarang perempuan melakukan perjalanan jarak jauh kecuali dikawal oleh kerabat dekat laki-laki.

"Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Kita harus membela hak-hak kita," kata Koahistani.

Rekaman video yang diposting online pada hari Selasa menunjukkan protes perempuan lain yang diadakan di tempat lain di ibu kota yang juga menyerukan agar perempuan diizinkan mendapatkan pendidikan dan kesempatan kerja.

KEYWORD :

Wanita Afghanistan Pembunuhan Tentara Taliban




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :